Minggu, 28 Desember 2014

Karesidenan Madura (Belanda Residentie Madoera)

Sekitar tahun 1705-1706, VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) sebagai organisasi dagang internasional berhasil menguasai beberapa wilayah Madura yaitu wilayah Sumenep dan Pamekasan, kemudian di tahun 1743 Bangkalan dan Sampang pun berhasil dikuasai pula. Pasca penguasaan berganti-ganti dari VOC sampai Belanda, Madura digunakan untuk menggambarkan keseluruhan pulau yang pada tahun 1857 ditetapkan sebagai keresidenan Madura. 


Share:

Jumat, 26 Desember 2014

Surat Sultan Sumenep Kepada Kapten James Clark Tahun 1815

Surat Melayu 1815 ini merupakan surat yang baru saja didigitalkan yakni Surat dari Abdurkhman Pakunataningrat (Sultan Sumenep) yang merupakan penguasa Sumenep di Pulau Madura kepada Kapten James Clark, Residen Inggris Sumenep. Surat tersebut ditulis dengan cepat oleh Sultan Sumenep sendiri, dan dilihat dari isi suratnya, Sultan Sumenep menyatakan bahwa ia akan mengirim Clark dengan memberikan sebuah keris Melayu gaya dan anglo atau dupa burner (Tempat bara api) milik almarhum Ayah, Panembahan Semolo.

Share:

Kamis, 25 Desember 2014

"SARIKOYO" Jajanan Khas Kota Bangkalan

Bagi masyarakat Bangkalan, pasti sudah mengenal dengan Jajanan Sarikoyo, tapi bagi masyarakat di luar Bangkalan mungkin masih asing dengan jajanan yang satu ini. Sarikoyo merupakan jajanan khas Kota Bangkalan. Meski mirip dengan nama buah yaitu srikaya, tetapi bahan utama dari jajanan sarikoyo ini tak sedikitpun berasal dari buah tersebut.


Share:

Selasa, 23 Desember 2014

Melacak Jejak Empu Keris Madura

Kesulitan untuk menelusuri jejak para empu keris di Madura sejalan dengan kesulitan yang dialami Kuntowijoyo dalam penyusunan desertasinya bahwa akses kepada dokumen-dokumen keraton yang sulit didapat. Sejauh ini, penelitian telah merangkum dan mendokumentasi cerita-cerita tutur dan alur pewarisan ilmu pengetahuan empu dari para empu dan pengrajin generasi pertama sejak pertengahan abad 20 yang masih hidup. 


Share:

Senin, 22 Desember 2014

Tari Reng Majang

Tari Reng Majang artinya tari nelayan, banyak jenis tari yang berasal dari Madura. Tari Reng Majang merupakan salah satu tarian daerah yang sudah tersohor dan banyak disukai. 


Share:

Minggu, 21 Desember 2014

Kamis, 18 Desember 2014

Rabu, 17 Desember 2014

Sekilas Tentang Bejana Perunggu Yang Ditemukan Di Sampang

Bejana Perunggu, ditemukan di Indonesia hanya dua buah, yaitu di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu berbentuk bulat panjang seperti kepisi atau keranjang untuk tempat ikan yang diikatkan di pinggang ketika orang sedang mencari ikan. Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung, yang diletakan dengan pacuk besi pada sisi-sisinya. Pola hias pada bejana ini tidak tidak sama susunannya. 


Share:

Selasa, 16 Desember 2014

Asal Usul Kecamatan Tragah Bangkalan

Pada jaman dahulu di wilayah Kecamatan Tragah ada sebuah kerajaan yang lokasinya sekarang adalah Desa Pacangan Kecamatan Tragah, pada masa kejayaannya kerajaan ini diperintah oleh seorang Raja/Ratu Bidara. Kerajaan ini mempunyai Panglima perang yang bernama Ke' Lesap yang terkenal akan kesaktiannya serta kekuatannya. 


Share:

Minggu, 14 Desember 2014

'KARAK' Makanan Khas Yang Merakyat

Makanan di Madura memang banyak sekali yang tentunya sangat digemari oleh lapisan masyarakat yang ada di Madura khususnya di daerah Bangkalan.

Dan tentunya makanan tersebut salah satunya adalah Karak. Makanan khas ini dapat kita jumpai hanya di kampung Timur Pasar, tidak jauh dari alun-alun Bangkalan. Jelas bukanlah nasi gosong yang melekat di dasar periuk seperti yang kita sangka…

Disajikan di pincuk daun pisang, nasinya adalah campuran ketan hitam dan beras, sehingga menghasilkan tekstur yang sungguh khas.., disebut plotan dan menjadi lebih lembut karena dicampur beras. Lauknya hanya sejumput teri goreng dan parutan kelapa. Hidangan sederhana ini merupakan makanan yang dapat dijadikan sarapan pagi hari nyamm…. nyamm…… deecchhh…. [DI]


Share:

Sabtu, 13 Desember 2014

Pengeran Santomerto Saudara Rato Ebu Sampang

Setelah kerajaan-kerajaan dimadura pada tahun 1624 M ditaklukan sultan Agung Mataram, semua keluarga kerajaan terbunuh kecuali Raden Praseno. Selanjutnya Raden Praseno dibawa ke Mataram, walaupun Raden Praseno sebagai tawanan perang karena perilaku dan kemampuannya yang terpuji, namun beliau ditunjuk sebagai penguasa Mataram di Madura dengan gelar Pangeran Tjakraningrat I.

Pada masa pemerintahan Pangeran Tjakraningrat I pusat pemerintahan dipindah dari Tanjung Bangkalan ke Madegan Sampang dengan alasan mengembalikan pusat pemerintahan ke asal leluhurnya.

Walaupun sebagai penguasa di Madura beliau juga mendapat tugas sebagai penasihat kerajaan dan panglima perang, sehingga Pangeran Tjakraningrat I diharuskan tinggal di Mataram. Kekuasaan di Madegan Sampang dijalankan oleh pamannya Pangeran Santomerto. Pengangkatan Pangeran Tjakraningrat I sebagai penasehat kerajaan di Mataram merupakan strategi Amangkurat I untuk mengerdilkan dan menghambat pengembangan Madura. Pangeran Santomerto memangku pemerintahan sampai tahun 1648. 



Video Makam Pengeran Santomerto


Setelah Pangeran Tjakraningrat meninggal dunia. Selanjutnya pemerintahaan di madura di pangku oleh pangeran tjakaraningrat I dengan pusat pemerintahan di madegan Sampang, tetapi setelah perlawanan Pangeran Trunojoyo berakhir karena kuatir pada perlawanan dari sisa-sisa kekuatan pangeran trunojoyo, pada tahun 1680 pusat pemerintahan dipindah dari Madegan Sampang ke Tanjung Bangkalan. Setelah Pangerangan Santomerto meninggal dia kebumikan di Kelurahan Karang dalam Kec. Sampang.   


Sumber : sampangkabmuseumjatim


Share:

Jumat, 12 Desember 2014

Menguak Misteri Leluhur Madura

Dalam catatan sejarah, perpindahan bangsa-bangsa secara besar-besaran dari Asia tenggara terjadi dalam kurun waktu yang sangat panjang (antara 4000-2000 sebelum Masehi). Kejadian ini antara lain berasal dari daratan asia dimana semakin bertambah pesatnya kerajaan-kerajaan Cina. Karena kepesatan perkembangan kebudayaannya mereka lalu meluaskan pengaruh kekuasaannya ke arah selatan. 


Share:

R. AMIRUDDIN TJITRAPRAWIRA Tokoh Seni dan Budaya Madura Barat

R. Amiruddin Tjitraprawira dilahirkan di Kota Bangkalan pada tanggal 18 Mei tahun 1920. Semasa hidupnya di kisaran tahun 1940-an Beliau bekerja di Banjarmasin Kalimantan Selatan dan menikah dengan gadis Banjar bernama Radiah, kemudian kembali ke Jawa/Madura diawal tahun 1943. 

Pada tahun 1950 kembali lagi ke Banjarmasin sebagai pegawai RRI Banjarmasin hingga awal tahun 1959, kemudian pindah ke Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Kepala RRI. Banyak orang tidak mengenal Beliau dengan baik, padahal ditangannyalah terlahir karya lagu-lagu Madura yang sangat dikenal, siapa yang tidak kenal lagu ini, sebuah lagu yang mewakili etnis Madura dalam ke-Bhinneka-Tunggal-Ika-an Nusantara, Lagu itu judul aslinya TONDU’ MAJÂNG

R. Amiruddin Tjitraprawira

Lagu ini diciptakan sekira tahun 1940-an oleh Beliau yang terkenal dengan nama samarannya Bapak Atjit, lagu lain yang cukup terkenal adalah : KEMBHÂNGNGA NÂGHÂRÂ atau orang Bangkalan menyebutnya lagu Cakraningrat, juga lagu ASTA AÈRMATA dan KÈ’ LÈSAP. 

Karya-karya Beliau terhimpun dalam buku “PAMERTÈ” Kapèng sèttong, sè makalowar buku panèka “Parabân Sontè” ghun Bhângkalan, diterbitkan Kementrian Pendidikan, Pengembangan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1952. 

Lagu-lagu didalam buku ini adalah :

1.  Pangeran Trunodjojo

2.  Madura O Madura
3.  Asta Aermata
4.  Kerrapan Sape
5.  Djoko Tole
6.  Tera’ Bulan
7.  E Paseser
8.  Ke’ Lesap
9.  Kembangnga Nagara
10 Tondu’ Madjang
11 Aeng Tantja’ Torowan
12 Oreng Matrol



Bapak Atjit meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 17 Desember 1975, dimakamkan di pemakaman umum Asem jajar Surabaya. dan  kami sebagai pewaris Madura akan selalu mengenangmu.


Oleh : Adrian Pawitra


Share:

Selasa, 09 Desember 2014

Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940

Kuntowijoyo merupakan sejarawan yang juga dikenal sebagai sastrawan, aktivis gerakan, dan budayawan. Ia mendapat gelar sarjana di Jurusan Sejarah UGM tahun 1969, Mendapat gelar M.A dari Universitas Connecticut USA tahun 1974, dan gelar Ph.D. dalam sejarah diperoleh dari Universitas Columbia tahun 1980 dengan disertasi dengan judul "Social Change in an Agrarian Society Madura 1850-1940". Disertasi inilah yang dijadikan buku dengan judul yang sama namun sudah diterjemahkan.

Penulisan buku ini berawal dari suatu penelitian yang akhirnya menghasilkan suatu disertasi yang sudah dijelaskan diatas. Sedangkan fokus kajiannya yaitu perubahan sosial masyarakat. Buku ini menjelaskan pengaruh alam dan sejarah yang memengaruhi masyarakat Madura. Kuntowijiyo sangat total dalam membuat buku ini. Hampir seluruh bidang kehidupan ia jelaskan, baik dibidang pertanian, ekonomi, kependudukan, dan hukum.

Sejarah yang dibahas dalam buku ini memakai pendekatan filsafat sejarah kritis. Meskipun Kuntowijoyo memakai konsep Marxian yiatu konsep formasi sosial atau cara berproduksi, tetapi bukan pendekatan sejarah marxis yang ia pakai. Bukti bahwa tulisan ini memakai pendekatan filsafat sejarah kritis ialah penulisannya berdasarkan atas suatu penelitian ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Tentunya menggunakan metodologi sejarah, yaitu sejarah masyarakat. 

Tahun 1850 adalah waktu dimana penguasa-penguasa pribumi menyerah terhadap kolonial Belanda. Belanda mengenalkan sistem pemerintahan baru di Kerajaan Bangkalan tahun 1847, di Kerajaan Sumenep 1954, dan dikerajaan Pamekasan tahun 1958.

Ekologi tegal membuat pertanian di Madura menjadi unik dan mempunyai kekhasan tersendiri. Ekologi tegal inilah yang memengaruhi struktur sosial masyarakat, dan nantinya juga berpengaruh terhadap jalannya sejarah. Tegal sangat bergantung kepada curah hujan, hal inilah yang membuat tanah di Madura tidak cocok ditanami padi. Kebutuhanpun tidak dapat dipenuhi. Selain tegal ada jenis tanah yang lain yaitu: sawah basah, tadah hujan. Namun yang dominan di Madura adalah tegal. Pada tahun 1830 tebu mulai ditanam di Madura dan tahun 1860 tembakau juga mulai ditanam. Kedua tanaman tersebut yang nantinya mendominasi pertanian di Madura sehingga bahan pangan pokok semakin jarang dijumpai. Hal itu diperparah lagi dengan dibukanya hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman, sehingga membuat tanah di Madura semakin tidak subur akibat dari kadar air yang sangat rendah.

Ekologi tegal telah membuat pola pemukiman tersendiri yang unik. Pemukin biasanya dibuat di dekat tegal. Yang menempatipun hanya terbatas kalangan dari keluarga pemilik tegal ataupun penggarap tegal. Hal itu membuat pola pemukiman di Madura seperti terdiri dari dusun-dusun kecil yang biasa disebut "tanean lanjeng". Jarak antar dusun cukup jauh sehingga memersulit komunikasi sosial. Karena ekologi tegal inilah banyak masyarakat Madura migrasi ke Jawa, tujuannya untuk mencari tanah yang lebih baik.

Organisasi produksi tradisional lebih dikuasai oleh kerajaan-kerajaan. Pembayaran upeti merupakan dasar yang membentuk masyarakat, kelas negara: raja, kaum bangsawan, para birokrat, dan pembantu raja didukung oleh masyarakat melalui penyerahan upeti yang berbentuk barang ataupun jasa. Gangguan dari kaum kapitalis membuat sistem upeti runtuh. Kaum kapitalis ini kebanyakan orang cina. Karena orang tersebut seperti memotong upeti yang mengalir dari tahan kepada kerajaan atau para bangsawan.

Kolonialisasi di Madura telah membuat kelas yang baru dan terjadi perbedaan kelas yang sangat mencolok dari kelas orang asing dan peribumi, serta antara kelas negara dengan orang kebanyakan. Kelas negara dibagi menjadi : "sentana atau bangsawan", "mantri atau birokrat", dan "normal atau para pembantu".

Antara kelas-kelas yang disebutkan diatas, secara tidak langsung timbul hubungan dan persaingan. Usahawan pribumi bersaing dengan usahawan asing. Pimpinan keagamaan, mantri, kyai, dan haji melawan kekuatan kolonial Belanda. Penenaman tebu di Madura menimbulkan konflik. Disuatu sisi pihak kolonial dan kapitalis diuntungkan karena tebu adalah komoditas yang memberikan laba yang besar. Dilain sisi kebutuhan pokok berupa bahan pangan semakin berkurang. Muncullah pemberontakan petani di abad XIX. Selain perkebunan tebu, ada pula sumber penghasilan masyarakat Madura yang lainnya. Yaitu sebagi penggembala lembu dan produsen garam.

Muncul ide-ide nasionalis dari elit yang baru, yaitu kaum terdidik. Sarekat Islam muncul dengan berlandaskan agama dan memunculkan mobilisasi massa yang responsif. 1913 SI memobilisasi massa untuk melakukan kekerasan massa di Pulau Sapudi dan 1918 ada perlawanan menentang pungutan pajak. Seuatu sejarah yang baru bagi Madura, yang semula tidak responsif menjadi responsif terhadap kebijakan kolonial Belanda. Gerakan kultural seperti Madurasa, majalah: Madoeratna, "Pangodhi, Posaka Madoera".

Organisasi ini berkembang di Madura. Selain itu gerakan politik seperti Madoerezen Bond (Sarekat Madura) organisasi ini memerjuangkan pendidikan, memajukan pertanian, industri, agama, perdagangan dan budaya. Gerakan keagamaan juga banyak muncul di Madura. Antara lain: Al-Irsyad, Cahaya Islam, Nahdlatul Watan, dan masih banyak yang lainnya. 

Pada tahun 1926 muncul organisasi sosial keagamaan yang bernama Nahdlatul Ulama atau NU. NU menggantikan peranan SI yang menurut orang-orang NU, SI adalah organisasi yang terpengaruh ahmadiyah dan wahabi. Berkembangnya NU tidak lepas dari peran para kyai dari Bangkalan. Kultur NU cocok untuk Madura sehingga mudah diterima dan politik konservatifnya NU menarik elemen tradisional, kyai. Kyai sangat besar pengaruhnya di masyarakat sehingga memudahkan gebrakan dan perubahan di masyarakat.

Kebangkitan kaum bangsawan. Gelar Raden Ario panji banyak disalahgunakan. Sehingga memunculkan pertentangan antar bangsawan tahun 1930. Hingga akhirnya gelar "Ario dan panji" distandarisasi pada tahun 1930 dan 1936. Setelah itu muncul organisasi yang menyatukan kaum bangsawan tersebut. Salah satunya Bangsawan Bond yang menuntut dikembalikannya kerajaan-kerajaan pribumi di Madura.




Pengarang : Prof. Dr. Kuntowijoyo


Share:

Senin, 08 Desember 2014

Waduk Klampis Kabupaten Sampang

Terletak di desa kramat, Kec Kedundung + 9 km kearah utara kota Sampang. Obyek wisata Waduk Klampis berfungsi untuk irigasi sawah di Kabupaten Sampang terutama di Kecamatan Kedungdung, Torjun, Jrengik dan Sampang. Selain berfungsi sebagai irigasi, waduk ini juga digunakan untuk budidaya ikan air tawar diantaranya adalah ikan mujaer, gurami, udang dan jenis ikan tawar lainnya.                



Akses jalan menuju lokasi ini sudah memadai, jalan beraspal dengan kondisi sedang. Fasilitas penunjang di Waduk Klampis adalah tersedia perahu motor untuk berwisata air, tempat memancing ikan yang menyenangkan, tempat parkir kendaraan, tempat penjualan makanan / minuman, kamar mandi / WC. Banyak dikunjungi pada hari besar agama dan liburan sekolah. Dengan kondisi alam yang masih alami selain fasilitas diatas, wisatawan disarankan untuk mengunjungi objek ini pada khususnya disaat musim penghujan dimana debit air waduk mencapai volume yang maksimal sehingga terlihat keindahan aliran deras air waduk. Tidak cukup itu, wisatawan akan disuguhi oleh pemandangan menarik area pematang sawah dan aliran irigasi yang teratur serta petani setempat yang sedang bercocok tanam padi. {DI}


Share:

Minggu, 07 Desember 2014

Tari Gambuh, Seni Perang Kuno Madura

Dalam babad kitab pararaton, dikisahkan setelah kerajaan singhasari runtuh, Menantu Kertanagara yang bernama Raden Wijaya mengungsi ke Sumenep meminta perlindungan Aria Wiraraja. Semasa muda, Wiraraja pernah mengabdi pada Narasingamurti kakek Raden Wijaya. Maka, ia pun bersedia membantu sang pangeran untuk menggulingkan Jayakatwang. Raden Wijaya bersumpah jika ia berhasil merebut kembali takhta mertuanya, maka kekuasaannya akan dibagi dua, yaitu untuk dirinya dan untuk Wiraraja. Mula-mula Wiraraja menyarankan agar Raden Wijaya pura-pura menyerah ke Kadiri. Atas jaminan darinya, Raden Wijaya dapat diterima dengan baik oleh Jayakatwang (Pararaton).


Share:

"CENIL" Jajanan Pasar Yang Melegenda

Mungkin bagi anda yang bermukim di luar Madura pasti kurang familiar dengan nama itu. Namun bagi sebagian besar masyarakat Madura, Cenil merupakan jajanan pasar yang telah melegenda. Mulai dari bentuknya yang unik dan lucu, teksturnya kenyal dan ditambah dengan rasanya yang begitu legit sehingga jajanan ini menjadi primadona.

Cenil terbuat dari tepung kanji yang dibuat dalam bentuk memanjang dan berwarna-warni, lalu ditambah dengan parutan kelapa dan cairan gula aren sebagai pemanisnya. Dengan harga yang cukup murah, anda sudah bisa merasakan nikmatnya jajanan ini. 


Cenil dapat anda temukan di pasar-pasar tradisonal yang ada di Madura dan hanya ada saat pagi hari. Khusus Bangkalan, jajanan ini dijual sore hingga malam hari di depan Masjid Ar Rhoudhoh atau di sebalah Kelurahan Demangan. Pastinya, kalau anda berkunjung ke Madura mampirlah ke pasar tradisional terdekat untuk menikmati jajanan ini... [DI]


RESEP JAJANAN CENIL :


Agar lebih mudah membuat sudi, layukan daun pisang dengan membakarnya sebentar diatas api.


Bahan-bahan/bumbu-bumbu :


Bahan Biang:


35 gram tepung sagu

100 ml air
Bahan:

125 gram tepung sagu

1 tetes pewarna merah
1 tetes pewarna hijau
1.000 ml air untuk merebus
daun pisang untuk sudi
5 sendok teh gula pasir untuk taburan
Bahan Pelapis:

100 gram kelapa parut kasar

1/8 sendok teh garam
1 lembar daun pandan
Cara Pengolahan :

Pelapis : 

  • Aduk rata kelapa parut, garam, dan daun pandan.
  • Aduk rata. Kukus 15 menit diatas api sedang. Angkat dan sisihkan.

Biang :
  • Aduk tepung sagu dan air sampai rata. 
  • Masak sambil diaduk diatas api sedang sampai kental. 
  • Angkat. 
  • Pindahkan ke dalam wadah.
  • Tambahkan tepung sagu sedikit-sedikit ke dalam adonan biang sambil diaduk sampai kalis.
  • Bagi dua adonan. Satu bagian tambahkan pewarna merah. 
  • Uleni rata. Sisanya tambahkan pewarna hijau. 
  • Uleni rata.
  • Pulung masing-masing adonan memanjang. Potong serong.
  • Didihkan air. 
  • Masukkan adonan yang sudah dipotong-potong. 
  • Rebus sampai terapung dan matang. 
  • Angkat dan Tiriskan.
  • Gulingkan dalam bahan pelapis. 
  • Tata dalam sudi. Taburkan gula pasir.


Untuk 5 porsi


Share:

Ancang Jajanan Khas Madura Yang Terlupakan

Ancang merupakan salah satu jajanan khas Madura yang biasanya kita temui di pinggir-pinggir jalan. Begitu pula di warung-warung nasi biasanya ancang disuguhkan sebagai makanan pencuci mulut yang di taruh di toples bersama dengan Rengginang dan kripik Tette.

Namun seiring perputaran waktu dan kemajuan jajanan, makanan khas ini pun mulai tergantikan dengan jajanan yang lain dan mulai sulit ditemui walau ada acara manteman, imtihanan ataupun lainnya. Sehingga sulit sekali untuk menikmati jajanan khas ini bahkan mungkin sudah mulai terlupakan nama, bentuk maupun rasanya.


Jajanan Ancang ini selain memiliki rasa yang sangat unik, Rasanya yang manis dan sangat legit (kalo gigi sensitif langsung ngilu), jajanan ini terasa begitu gurih. Hal ini tidak lain karena jajan ini terbuat dari kacang tanah dan gula pasir, sehingga cita rasanya menjadikan jajanan ini sangat khas dan masih diminati banyak kalangan terutama para pecinta makanan manis.

Cara pembuatan jajanan ini sangat mudah, simple dan cepat sekali prosesnya karena berbahan dasar gula yang mudah sekali mengkristal, namun rasanya tidak secepat proses pembuatannya karena cukup makan satu buah saja sudah terasa enakknya.

Di Madura itu jajanannya tidak hanya rengginang saja, masih ada Ancang dan masih banyak jajanan yang lainnya. Ayo kita lestarikan jajanan khas Madura ini... [DI]


Sumber : Berbagai Sumber


Share:

Kue Apen Khas Madura

Bagi masyarakat Madura kue ini mungkin tak asing lagi. Kue Apen adalah jajanan khas Madura khususnya di Sumenep. Kue Apen sangat digemari oleh masyarakat Sumenep. Kue ini sangat cocok dimakan untuk sarapan pagi. Selain mengenyangkan, Apen juga menyehatkan lho.

Dimana bahan-bahannya terbuat dari tepung beras, santan, ragi dan kelapa. Sementara sausnya berbahan gula merah, jahe, kayu manis dan daun pandan yang membuat harum. Selain rasanya nikmat, kue Apen di percaya dapat menghilangkan rasa letih setelah bekerja seharian lantaran kandungan gula merah, jahe dan kayu manis, yang mana berfungsi untuk menghangatkan badan.

Kue Apen berasal dari Desa Parsanga, Desa ini merupakan salah satu daerah di Sumenep yang tetap bertahan menjual kue Apen. Maklum, disekitar kota sudah jarang ditemukan penjual kue Apen. Bisa disebut jajanan ini amat langkah dan sulit sekali ditemukan. Untung saja daerah Parsanga masih tetap menjual kue khas Madura ini.

Selain faktor dari berbagai kue yang makin banyak bermunculan dan berbagai variasi macam rasa, menjadikan Apen sulit ditemukan dan sedikit bergeser. Padahal kue ini sangat digemari dan patut dilestarikan. Kalau pun bisa, kue Apen harus diperkenalkan kepada berbagai kota agar mereka tahu bahwa di Madura pun memiliki jajanan yang khas nan maksyus. Karena soal rasa, Apen memang sangat cocok dilidah semua orang.

Tak jarang kita sering kecewa karena kehabisan membeli jajanan ini, faktor penyebabnya adalah disamping jumlah peminatnya lumayan banyak, sedangkan penjual Apen hanya beberapa saja. Selain itu, jajanan ini hanya dapat kita temukan di pagi hari. Menjelang siang, kue Apen tersebut sudah habis terjual.

Padahal kue ini sangat digemari dan patut dilestarikan. Kalaupun bisa, kue apen harus diperkenalkan kepada warga luar kota agar mereka tahu bahwa di Sumenep masih memiliki jajanan khas. Apen yang lezat sangat cocok untuk memanjakan lidah semua orang sehingga perlu dipromosikan... [DI]


Sumber : Berbagai Sumber


Share:

Sabtu, 06 Desember 2014

Madura In Attack

Selama satu bulan tentara Belanda mengadakan gerakan pembersihan di sekitar Bangkalan. Pada tanggal 17 Agustus 1947, tentara Belanda menyerang dan menembus di pertahanan sungai Gebang, dengan tembakan howitzer dan mortir. Di daerah pertempuran itu Letnan Tiwar dan tiga prajurit gugur, dan tentara Belanda bergerak terus ke Arosbaya dan mendudukinya. Belanda mengetahui benar bahwa Arosbaya adalah gudang makanan dan gudang beras.


MARKAS BATALYON I RESIMEN 35 PINDAH KE DESA PESANTREN

Dengan direbutnya Arosbaya oleh tentara Belanda, maka Kompi Hamid mundur ke Klampis-Sepuluh, begitu pula Kompi Fatah dan Kompi Salik Munir mundur dan dipusatkan di sekitar Gegger. Markas Batalyon I Resimen 35 dipindahkan ke desa Pesantren, yang merupakan suatu tcmpat yang ideal sekali sebagai markas gerilya.


Di tempat  inilah Mayor Abu Djamal dan Ajudannva Letnan Dua Safiun telah berjumpa dengan Mayor Hanafi, dan Mohammad Noer (Wedana) dalam perjalanan kontak dengan pasukan-pasukan sebagai Komandan COPP.


Pada waktu itu tanggal 30 Agustus 1947, satu peleton tcntara Belanda menyusup ke lembah desa Pesantren, di situ terjadi kontak senjata dengan pasukan kita. Korban di pihak Belanda sebanyak 7 orang diangkut dengan cikar pir ke Kamal dan diteruskan ke Surabaya, sedangkan di pihak kita tidak ada korban. Musuh didesak ke jurusan Arosbaya.


PENDARATAN BELANDA DI SEKTOR III (MADURA TIMUR)

Pendaratan di Branta Pamekasan dan Camplong Sampang.
Path tanggal 4 Agustus 1947, kurang lebih pukul 1100 terjadi pendaratan tentara Belanda disertai dengan pasukan tank di Camplong/Sampang. Sebagian tentara Belanda mendarat pula di Tlanakan/Branta dan bermarkas di kediaman Camat Tlianakan.

Sepanjang jalan dari desa Tianakan di kota Pamekasan di persiapkan “trekbom-trekbom” Waktu pendaratan tersebut seorang dari tentara dan lima orang rakyat pejuang luka-luka. Tentara Belanda yang mendarat di Branta sementara dihambat oleh pertahanan pasukan kita di bawah pimpinan Mayor Rasyid (Acik) yang disiagakan untuk itu, dibantu oleh pasukan Hisbullah di bawah pimpinan H. Amiruddin.

Tentara Belanda tidak melanjutkan perjalanannya ke kota Pamekasan dan berkonsolidasi di tempat Camat Tlanakan. Pada tanggai 5 Agustus 1947, tank-tank Belanda menduduki stasiun kereta api Pamekasan dan dari sana mencoba memasuki kota Pamekasan, tetapi terhenti oleh trekbom-trekbom yang dipasang di jembatan selatan Gurem.

GERAKAN BELANDA KE KOTA PAMEKASAN

Setelah Belanda gagal mencoha melalui jembatan Gurem, maka keesokan harinya pada tanggal 6 Agustus 1 947, tentara Belanda mencoba lagi masuk Pamekasan dengan gerakannya dari sebelah timur melalui desa Kangenan terus Pademawu masuk kota melalui belakang pertahanan kita.

Gerak jalan dari tentara Belanda itu tidak mendapat perlawanan dari tentara kita, karena yang datang adalah Stoottroep/ujung tombak pasukan tentara Belanda yang didukung oleh peralatan yang lengkap berupa tank dan kendaraan berlapis baja, maka dengan lancar Stoottroep itu memasuki kota Pamekasan. 

Taktik bumi hangus terus ditingkatkan terhadap tempat-tempat penting. Bom tank (trekbom) kebanyakan tidak meledak, karena tentara kita memang masih kurang pengalaman dalam melayani sistem trekbom dan dikala jarak musuh masih jauh, bom sudah diledakkan terlebih dahulu. Memang sudah menjadi kelebihan Belanda, dalam “agresinya”, seperti misalnya memasuki kota Pamekasan pasukan tanknya terus berkeliling kota dengan melepaskan tembakan membabibuta selama tiga jam.


Selain serangan darat itu, dilakukan pula serangan dari udara yang diadakan sebelum dan sesudahnya memasuki kota Pamekasan. Pada waktu itu Sektor III Kabupaten Pamekasan ada di bawah pimpinan Mayor Sulaiman.

PENYINGKIRAN

Sebelum kota Pamekasan diduduki oleh tentara Belanda, penduduk kota dan pemerintahan sipil telah menyingkir. Tentara kita dan Badan Kelasykaran Perjuangan lainnya juga meninggalkan kota dan terus menempati pertahanan di sekitar Kolpajung, kurang lebih tiga kilo meter dan sebelah utara Pamekasan sebagaimmana telah direncanakan semula.

Karena kota Pamekasan sudab dikuasai Belanda, maka semua kekuatan tentara kita, Mobil Brigade, Kepolisian, dan Lasykar Perjuangan yang mempertahankan di sebelah selatan kota, meninggalkan pertahanannya dan terus bergabung dengan induk pasukannya yang ada di daerah Kolpajung dan sekitamya.

KOTA BANGKALAN DAN SAMPANG DIKUASAI BELANDA

Kota Bangkalan dan Sampang yang telah dikuasai Belanda pada hari pendaratannya yang pertama pada tanggal 4 Agustus 1947, tetapi tentara kita bersama-sama Kelasykaran Perjuangan tidak tinggal diam dan terus mengadakan perlawanan dan gangguan-gangguan dari luar kota.

Di samping tidak ada pertempuran berarti, korban dari pihak kita hanya seorang yaitu Kapten Saleh. Kakinya terkena peluru dan menderita cacat (invalid). Ia sekarang tinggal di Ujung Pandang sebagai pengurus Rumah Perawatan Anak-anak Cacat.

Pasukan Belanda yang mendarat di Camplong melalui kota Sampang menuju ke pantai utara, Kawedanan Ketapang. Dalam perjalanan ke Ketapang ini terjadi pertempuran-pertempuran seperti di Omben dan Sokabanah.


Pertempuran di daerah Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang serta di Karang Penang terjadi dengan sengit yang dipertahankan Komando Sektor II dan dibantu oleh Sabilillah sehingga di daerah tersebut patroli-patroli Belanda merasa tidak aman.

Di desa Bira Timor Kecamatan Sokobanah tentara TNI yang dipimpin oleh Letnan Dua R. Mohammad Noer serta Sabilillah yang dipimpin oleh M. Abdul  Rasyid Tahir terjadi pertempuran dengan pihak Belanda dan diantara kedua belah pihak hanyak korban dan banyak yang gugur.
Di pihak kita kurang lebih 50 orang yang gugur dan 22 orang luka-luka, dipihak Belanda tidak diketahui secara pasti. Hingga beberapa bulan di daerah ini patroli Belanda merasa tidak aman. Sedangkan sebagian besar korhan telah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan “Kusuma Bangsa” Sampang.

Pihak Belanda mengadakan penangkapan-penangkapan, sehingga K. Usmoi dan pimpinan Sabilillah Sukabanah M. Abdul Rasyid Tahir ditawan hingga penyerahan kedaulatan.

Mengingat kekuatan tentara kita, baik dalam persenjataan maupun organisasi yang jauh berbeda dengan tentara Belanda yang dihadapi, maka sedikit demi sedikit tentara Belanda dapat menguasai kota-kota di Madura sepanjang selatan pulau seperti Kamal, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan, kecuali pantai Sumenep dan kotanya.

TINDAKAN SEWENANG-WENANG TENTARA BELANDA

Di daerah-daerah yang pemah diduduki oleh tentara Belanda, mereka bertindak sewenang-wenang dan leluasa, baik dengan jalan propagandanya maupun dengan jalan kekerasan fisik, antara lain pembakaran rumah-rumah penduduk, penangkapan tokoh-tokoh sipil dan sebagainya.

Dengan sendirinya yang belum insaf benar akan arti kemerdekaan sudah tentu mudah dipengaruhi oleh propaganda mereka atau digunakan sehagai kaki-tangannya (mata-mata) dan sehagainya.

Di kota Pamekasan, tentara Belanda mendirikan Markas Utaina (Hoofdkwartier) sedangkan di kota Sampang merupakan cabangnya. 



Photo Koleksi : Bangkalan Memory, Roodebrug Soerabaia


Share:
Copyright © BANGKALAN MEMORY | Powered by Bangkalan Memory Design by Bang Memo | Kilas Balik Bangkalan Tempo Dulu