Pada kisaran tahun 1800an Sungai merupakan jalur yang sangat penting bagi Kota Bangkalan, dimana jalan darat waktu itu masih belum banyak digunakan dan kebanyakan akses yang dilalui adalah jalur sungai.
Sungai Sak-Sak pada waktu itu merupakan sungai yang mempunyai peranan sangat vital selain sungai Pejagan, karena dengan melalui sungai Sak-Sak itulah kapal-kapal pembesar bisa langsung menuju ke kraton Bangkalan dan kapal/perahu pembesar dapat menyandarkan perahunya atau "Panambhagan" tempat nambag/nale'e perahu pembesar yang mau berkunjung ke Kraton yang berada di Kodim.
Pada tahun 1880an muncul ide dari Pemerintah Belanda untuk membuat jembatan di daerah yang dialiri oleh sungai sehingga akses melalui jalan darat bisa lancar dan ini dinilai sangat strategis bagi Pemerintah Belanda seperti di daerah Pecinan, Kampung Gajahan, Kampung Dhak Kormang, Sak-Sak, Pejagan dan Juno'.
Maka dimulailah jembatan-jembatan tersebut dibangun, dimana pada waktu itu jembatan yang ada berupa jembatan tarik yang terbuat dari kayu sehingga apabila kapal atau perahu lewat, maka jembatan tersebut ditarik sehingga kapal/perahu bisa lewat dan ditutup kembali apabila kapal/perahu sudah lewat.
Kemudian dikisaran tahun 1940an, jembatan kayu tersebut direnovasi dan diganti dengan jembatan besi, namun yang paling menarik disini adalah jembatan "Gladhak Kenong" selain berbeda dengan jembatan yang lainnya, Gladhak Kenong merupakan jembatan yang sangat indah serta artistik yang dibuat dan dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda yang terletak di pertigaan jalan Kartini - Letnan Mestu - Letnan Ramli Bangkalan.
Lokasi Gladhak Kenong |
Illustrasi Gladhak Kenong (Design: Mas Indra) |
Gladhak Kenong ini di bangun dengan bahan baku berupa semen, batu kerikil, besi dan pasir dimana dinding jembatan sudah berupa cor-coran. Disamping itu terdapat juga ornamen atau pemanis berupa Bola Besi yang beratnya hampir 100 kg dan terdapat juga 4 buah lampu hias diantara pilar jembatan. Jembatan tersebut juga terdapat pagar besi yang berukuran tebal.
"Para Pemerhati Bangkalan Memory pasti bertanya-tanya kenapa jembatan tersebut dinamakan Gladhak Kenong?"....
Kata Gladhak Kenong mengandung arti Gladhak artinya Jembatan sedangkan Kenong berawal dari bunyi nong neng nong dari bola besi ini jika dipukul sehingga masyarakat setempat menamakan jembatan ini dengan nama "Gladhak Kenong".
Pada tahun 1990an Gladhak Kenong ini direnovasi dengan design jembatan baru dengan alasan karena Gladhak Kenong dianggap sudah ketinggalan jaman (padahal menurut penilaian admin, jembatan itu sangat indah dan designnya klasik) sehingga Gladhak Kenong dibongkar begitu saja dan karena bola besinya terlalu berat untuk diangkat maka bola besi tersebut dicemplungkan ke dalam sungai hingga sekarang (hampir 30 tahun) bola besinya masih bertahan di pinggir sungai.
Sekitar tahun 2003, jembatan tersebut mengalami renovasi lagi dengan diganti jembatan yang baru dan diseragamkan dengan jembatan-jembatan lain yang ada di Kota Bangkalan.
Dengan melihat kenyataan seperti ini, sungguh disayangkan dan sekaligus sangat disesalkan sekali bahwa Gladak Kenong yang merupakan bangunan sejarah di kota Bangkalan sengaja dihilangkan hanya dengan alasan sudah ketinggalan jaman dan diseragamkan dengan jembatan yang lainnya.
Sungguh ironis sekali apabila berpandangan seperti itu, sedangkan di daerah lain seperti Surabaya seperti jembatan merah, pete'an yang masih dipertahankan sampai sekarang karena mempunyai nilai history, sedangkan di Bangkalan, disamping kurang memahami tentang sejarah, faktor kebijakan Pimpinan Daerah yang menjadi penentu dimana dengan dalih keindahan dan ketinggalan jaman hingga akhirnya jembatan "Gladhak Kenong" harus dibongkar dan dimusnahkan... [DI]
Oleh : Indra Bagus Kusuma
Photo Koleksi : Bangkalan Memory dan Berbagai Sumber
0 Comments:
Posting Komentar