Minggu, 22 Oktober 2017

Momentum Hari Jadi Kota Bangkalan

Silsilah panembahan Ki lemah Duwur, diawali kedatangan dua orang keturunan raja Majapahit yang terakhir yaitu Prabu Brawijaya yang bernama Lembu Petteng dan Menak Senoyo di Madura pada abad ke XV. Selanjutnya Keturunan dari Lembu Petteng yang bernama Nyi Ageng Budo kawin dengan keturunan Menak Senoyo yang Bernama Aryo Pucuk. Maka lahirlah putra bernama Ki Demung.



Atas ijin serta restu dari kedua orang tua yang saat itu menjadi kamintuwo di daerah Madengan Sampang, Ki Demung berangkat berkelana ke daerah barat yang akhirnya sampailah di daerah Plakaran Arosbaya. Ditempat tersebut lalu membangun perkampungan baru yang kemudian diberi nama Kotta Anyar (Ata’ayar). Akhirnya Ki Demung merpesunting bunga desa setempat yang bernama Ni Sumekar.

Selama kyai Demang tinggal ditempat tersebut beliau sangat disegani oleh masyarakat sekitar dan dijadikan sebagai panutan.

Masa kepemimpinan beliau sangat dermawan serta sangat dekat dengan masyarakat,  daerah yang beliau pimpin masih masuk kekuasaan dari kerajaan majapahit adalah kepala yang memegang daerah tertentu sedangkan julukan beliau sendiri adalah Plakaran.

Makam Ki Demung Plakaran dan Nyai Ratu Agung Mama di Plakaran
Makam Ki Demung Plakaran dan Nyai Ratu Agung Mama di Plakaran
Dari hasil perkawinan antara Ki Demung dengan Ni Sumekar, kemudian lahir keturunan yang bernama Ki Pragalbo yang akhirnya menjadi penguasa di derah Plakaran dan di kenal denga julukan Pangeran Islam Onggu’

Dinamakan pangeran Onggu’ karena ketika menjelang wafatnya ia telah memeluk agama Islam yang dituntun oleh putranya yang bernama Ki Pratanu dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat. Saat itu pula Pangeran Onggu’ sempat menganggukkan kepala (dalam bahasa madura = Ongghu’) sebagai pertanda bahwa beliau setuju menganut agama Islam. Kemudian Pangeran Onggu’ wafat pada tahun 1531 Masehi dan di kebumikan di Pasarean Makam Agung Plakaran Arosbaya.

Gapura Masuk Pasarean Makam Agung
Makam Ki Pragalbo atau Pangeran Onggu’ di Pasarean Makam Agung
Sebelumnya, pada tahun 1528 Ki Pratanu oleh ayahnya dinobatkan sebagai Pangeran Adipati (Putra Mahkota) yang di tandai dengan prasasti yang berbunyi “Sirno Pendowo Kertaning Negeri” yang bernama yang bermakna : Sirno = 0, Pendowo = 5, Kertaning = 4, Negeri = 1, yang berarti tahun 1450 caka, bila di jadikan tahun masehi ditambah 78 tahun menjadi tahun 1528 Masehi.

Setelah ayahnya wafat, Ki Pratanu langsung menggantikan kedudukan ayahnya, selanjutnya Kraton atau pusat pemerintahannya dari plakaran dipindahkan ke daerah Arosbaya diatas dibidang tanah yang tinggi sehingga di namakan Kraton Lemah Duwur, sedang Ki Pratanu sendiri kemudian lebih dikenal julukan Penembahan Ki Lemah Duwur

MASA PEMERINTAHAN PANEMBAHAN KI LEMAH DUWUR

Pada saat Ki Pratanu di angkat sebagai Putra Mahkota pada tahun 1528, Islamisasi di wilayah Madura Barat berjalan dengan baik, terlebih lagi setelah beliau mejadi Pemerintahan Ki Lemah Duwur dengan memindahkan pusat. Pemerintahan ke Arosbaya, hubungan dengan pusat penyebaran Agama Islam di Jawa Timur seperti Surabaya (Ampel), Gresik, dan Tuban semakin lancar baik Islamisasi di Madura Barat maupun hubungan perniagaan dengan para pedagang islam yang berlebur di Arosbaya, sehingga Arosbaya menjadi maju pesat.

Ki Lemah Duwur mejalin hubungan lebih luas lagi dengan kerajaan panjang di Jawa Tengah dan karena di anggap orang penting di antara raja-raja di Jawa Timur, kemudian oleh Sultan Panjang hubungan tersebut di pererat melalui ikatan “Perkawinan Trima“ dengan salah seorang putri panjang. 

Prestasi yang di capai Ki Lemah Duwur dengan strategi memindahkan kratonnya ke Arosbaya sebagai daerah maritim, membuktikan bahwa beliau seorang pemimpin yang memiliki cakrawala pemikiran yang luas untuk mencapai kemakmuran seta kemajuan rakyatnya.

Masjid Besar Arosbaya yang dibangun oleh Ki Lemah Duwur
Dalam hal mengembangkan Agama Islam di Madura Barat, beliau juga merupakan lambang seorang tokoh yang sangat besar perannya, karena pada masa pemerintahannya, beliau membangun masjid pertama di Arosbaya serta tekun menjaga rakyatnya untuk memeluk agama islam, termasuk upaya mengislamkan ayahnya sendiri ketika masih hidup sampai mejelang wafatnya. 

Makam Ki Lemah Duwur di Pasarean Makam Agung
Makam Ki Lemah Duwur di Pasarean Makam Agung
Makam Ki Lemah Duwur di Pasarean Makam Agung tahun 1993
Dengan demikian Ki Lemah Duwur yang mengawali masa pemeritahannya di Madura Barat (Arosbaya) pada tahun 1531 adalah momentum yang paling tepat sebagai acuan untuk menentukan tahun "HARI JADI KOTA BANGKALAN". (dari beberapa sumber)



Oleh : Raden Ayu Panji Laras
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Copyright © BANGKALAN MEMORY | Powered by Bangkalan Memory Design by Bang Memo | Kilas Balik Bangkalan Tempo Dulu