Untuk melengkapi ambisinya menguasai kerajaan-kerajaan di tanah Madura,
setelah kerajaan-kerajaan Timur dapat ditaklukkan, Ke’ Lesap terus melanjutkan
kespedisina ke kerajaan Madura Barat (Bhangkalan).
Untuk menghadapi Ke’ Lesap, Raja Bhangkalan pada waktu itu tidak menghadapi dengan kekuatan prajurit, tetapi dengan menggunakan taktik menjemput Ke’ Lesap dengan perantara seorang Tandak lengkap dengan Naga/Penabuhnya yang sebenarnya mereka adalah prajurit-prajurit andalan dari Kraton Bhangkalan, dan Tandak tersebut diberi busana layaknya seorang puteri kraton yang cantik jelita. Ke’ Lesap dan para prajuritnya menjadi mabuk kepayang, lupa daratan, dan lupa segalanya sehingga semua pantangan dilanggarnya hingga akhirnya kesaktiannya menjadi lenyap.
Untuk menghadapi Ke’ Lesap, Raja Bhangkalan pada waktu itu tidak menghadapi dengan kekuatan prajurit, tetapi dengan menggunakan taktik menjemput Ke’ Lesap dengan perantara seorang Tandak lengkap dengan Naga/Penabuhnya yang sebenarnya mereka adalah prajurit-prajurit andalan dari Kraton Bhangkalan, dan Tandak tersebut diberi busana layaknya seorang puteri kraton yang cantik jelita. Ke’ Lesap dan para prajuritnya menjadi mabuk kepayang, lupa daratan, dan lupa segalanya sehingga semua pantangan dilanggarnya hingga akhirnya kesaktiannya menjadi lenyap.
Pada saat itu pula Raja Bhangkalan datang dengan tombak terhunus. Senjata sakti
yang dimiliki Ke’ Lesap yang bernama Khodi’ Crancang tak bisa digunakan lagi
oleh Ke’ Lesap. Ketika prajurit Bhangkalan akan menangkapnya, jasad Ke’ Lesap
tiba-tiba hilang atau nyellem (kata orang madura).
Bersamaan dengan itu pula terdengar sayup-sayup suara Ke’ Lesap dengan
kata-kata “Gebbhang Akallah” artinya banyak akalnya. Selanjutnya disambut
dengan teriakan gembira oleh prajutit Bhangkalan dengan kata-kata Bhangkala’ an
yang berarti mati sudah.
Dari kata Gabbhang Akalla dan Bhangkala’ an tersebut akhirnya daerah Madura
Barat itu lalu menamakannya Bhangkalan yang akhirnya sampai saat
ini menjadi “Bangkalan”
VERSI SEJARAH
Dalam buku-buku sejarah lama, konon di Pulau Madura ini hanya dikenal
dengan 2 kerajaan yaitu Kerajaan Bang Wetan yang daerahnya meliputi daerah
Sumenep dan Pamekasan dan Kerajaan Bang Kulon yang meliputi Kerajaan Bhangkalan dan
Sampang.
Bang Kulon mempunyai arti wlayah/tanah/daerah yang letaknya berada di
bagian Barat dari Pulau Madura.
Pada saat Madura Barat dipimpin oleh R. Pratanu (Ki Lemah Duwur),
kerajaannya bertambah luas dan maju, sehingga orang mancanegara berlomba-lomba untuk datang dengan maksud berniaga dan memberi julukan pada Raja Madura itu
dengan julukan "Kembang Kulon".
Dari Asal kata-kata Bang Kulon dan Kembang Kulon tersebut, maka
akhirnya menjadi Bhangkalan hingga akhirnya menjadi kata Bangkalan. Dengan
demikian akhirnya Madura Barat dikenal dengan nama “Bangkalan”.
0 Comments:
Posting Komentar