Tak banyak orang di Madura ini, apa lagi orang-orang yang ada di luar
Madura mengetahui bahwa di Madura ini banyak makam kuno. Kebanyakan orang hanya
tahu makam Asta Tenggi di Sumenep. Di Bangkalan hanya tahu makam Aer Mata,
makam Sarifah Ambami istri Pangeran Cakraningrat I dengan keturunan yang lain.
Sesungguhnya di Bangkalan, di Kecamatan Arosbaja ini, ada makam yang lebih
kuno, lebih tua, yaitu makam Agung. Di makam Agung ini di semayamkan Ki
Pragolbo dan Ki Pratanu.
Ki Pragolbo ini orang tua dari Ki Pratanu, yang juga disebut sebagai Rato
Islam Onggu' atau Raja Islam Angguk. Ki Pratanu terkenal juga dengan sebutan Ki
Lemah Duwur. Mengapa Ki Pragolbo ini terkenal dengan sebutan Rato Islam
Onggu'atau Raja Islam Angguk? Ki Pratanu salah satu anak laki-laki Ki Pragolbo.
Beliau suka menolong rakyatnya. Jika berbicara tidak pernah kasar, kepada siapa
pun. Oleh sebab itu oleh Ki Pragolbo yang jadi Raja di kerajaan Plakaran,
Arosbaja, Ki Pratanu didaulat menjadi Pangeran Adipati, yang akan menggantikan
beliau sekiranya beliau wafat.
Setelah Ki Pratanu ini diangkat menjadi Pangeran Adipati oleh
bapaknya,padasuatu malam bermimpi didatangi orang yang sangat tampan. Beliau
berbaju dan berjubah putih. Dalam mimpinya itu, orang yang terlihat Ki Pratanu
memberitahu Pratanu agar dia masuk agama Islam. Padahal waktu itu agama Islam
belum dikenal oleh orang Plakaran. Yang ada hanya agama Buda. Menerima mimpi
seperti itu, siangnya setelah bangun Ki Pratanu, diam, merenung, memikirkan
mimpi yang aneh ini.
Ia tidak bilang kepada siapapun, Ki Pratanu. Malam berikutnya waktu Ki
Pratanu tidur ia bermimpi lagi seperti ini. Tidak berbeda mimpinya, yaitu
didatangi orang yang kemarin malam, surbannya putih, jubahnya putih disuruh hal
yang sama. Ki Pratanu disuruh masuk Agama Islam, berguru ke Sunan Kudus di Jawa
Tengah. Terjaga lagi, merenung, apa artinya ini. Tak bilang kepada siapapun,
hanya dipikirkan sendiri. Singkatnya, mimpi yang sama seperti ini selama tujuh
malam datang terus. Mimpi-mimpinya persis tidak ada bedanya sama sekali.
Karena sudah tujuh malam dipikir-pikir sendiri tidak bias, maka besoknya
terus menghadap ayahnya, Ki Pragolbo yang menjadi Raja di Plakaran. Ki Pratanu
menghadap ke ayahnya dan menyembah dan bertkata, “Ayah, ada sesuat yang akan saya
tanyakan padamu.”
“Apa, anakku Ki Pratanu?”
“Saya semalam bermimpi hal yang aneh ayahku. Saya didatangi orang yang
sangat tampan. Berjubah dan bersorban putih menyuruh ku agar masuk dalam agama
Islam, masuk agama Islam, berguru kepada Sunan Kudus di Jawa Tengah.”
Ayahnya Ki Pragolbo terheran-heran. Terheran-heran dan berucap, “Apa tuh
anakku, apa itu, dimana sudah ada agama...?”
Lama-kelamaan ayahnya berpikir untuk mencoba, apa yang dimaksud dengan
agama Islam ini. Tapi ayahnya berkata kepada Pratanu, “Anakku, tak apa orang
belajar pengetahuan baru? Tapi kamu jangan berangkat sendiri ke Kudus.”
“Kalau begitu siapa ayah yang berangkat ke Kudus belajar agama Islam
ini?”
“Gampang ini, saya akan perintah Patih.”
Patih Plakaran bernama Empu Bageno. Sekali lagi nama Patih Plakaran intu
Empu Bageno. Empu Bageno kemudian dipanggil Raja, dipanggil oleh raja. Empu
Bageno mendapat peritah dari raja, terus menghadap, “Apa yang akan diperintah
Paduka kepada hamba?”
“Begini Patih Empu Bageno, “Anak saya Ki Pratanu ini tujuh malam
bermimpi.” Diceriterakan mimpinya seperti tadi itu.
“Saya keberatan kalau Pratanu ini yang berangkat sendiri ke Kudus. Jadi
saya menugaskan kamu, Empu Bageno, agar berangkat ke Kudus, belajar agama Islam
kepada Sunan Kudus.”
Sambil menyemba Empu Bageno mengucap, “Jika hal ini sudah kehendak Paduka
Raja, baik siang ataupun malam saya berangkat.”
“Ya, berangkatlah!”
Pendeknya, Empu Bageno berpamitan dan berangkat. Sesampai di tepi pantai
bingung. Ki Bageno, “Oh, bagaimana saya menyeberangi lautan ini?” Padahal jarak
Madura ke Jawa jauh. Karena kedudukannya sebagai Patih, tentu memiliki
kesaktian. Ia menutup matanya. Empu Bageno, naik.. (pelepah bunga
kelapa/maggar), sekejap kemudian sudah sampai di Jawa, di pesisir Kudus.
Hanya sekejap saja, sudah sampai di pesisir Kudus. Orang-orang Kudus
terheran-heran. Kok ada orang aneh seperti ini. Sorot matanya liar, rambutnya
gondrong, kuku panjang. Berbeda dengan orang Kudus yang sudah masuk Islam,
bersih.
Setelah bertanya-tanya, akhirnya sampailah Ki Bageno ponduk Sunan Kudus
di Kudus. Ya memang Sunan Kudus ini orang sakti, ia sudah mengetahui apa-apa
yang dipikirkan oleh sareng Empu Bageno.
“Saya sudah tahu kamu, Empu Bageno, apa yang kamu pikirkan mengapa datang
ke sini. Jika kamu akan masul dan belajar agama yang ada di sini. Potong dulu
rambutmu ya.... “Bukan aturannya orang Islam berrambut panjang seperti ini.
“Potong kukumu itu, bebersihlah diri agar tidak ada lagi najis yang menempel di
badanmu.”
Patuh atas perintah Empu Empu Bageno, rambut, dan kukunya dipotong.
Kemudian oleh Sunan Kudus dimandikan. Empu Bageno dimandikan dengan air.
Dibersihkan, digoso, baru diajari membaca dua kalimat sahadat.
Singkat cerita Empu Bageno ini sudah bertahun-tahun di Kudus. Sudah cukup
ilmunya tentang agama Islam. Akhirnya ia teringat mengenai pulangnya ke
Arosbaja.
Mohon pamit dan diijinkan oleh Sunan Kudus dengan pesan, “Jika kamu
sampai di Arosbaja lagi. Harus menyebarkan agama baru ini kepada rakyat
Arosbaja, kepada rakyat Madura Barat. Bilang 'ya' terus berangkat.”
Sesampai di pesisir Kudus, siap-siap lagi, kalau dulu naik pelepah bunga
kelapa, tapi sekarang kok pelepah itu tenggelam. Kemudian dia mendengar
suara..., suaranya, “Coba baca ini anakku Empu Bageno, insya Allah, jika kamu
membaca ini sekejap saja akan tiba di Arosbaja.”
Singkatnya cerita, sampailah di Arosbaja, langsung menghadap kepada Ki
Pratanu. Senang, melihat Empu Bageno terlihat tampan, rambutnya bersih, kukunya
tidak panjang, matanya sudah tidak liar lagi seperti dulu.
“Kamu tampan sekarang Empu Bageno, dapat apa saja dari Kudus?”
“Saya bertahun-tahun di Kudus sudah masuk agama yang baru, belajar agama
Islam. Sekarang saya ini adalah orang Islam.”
Terkejut Ki Pratanu, “Kok kurang ajar kamu Empu Bageno siapa yang
menyuruh kamu untuk masuk agama baru ini? Kamu hanya disuruh belajar oleh ayah
dan aku bukannya masok.”
Marahlah Ki Pratanu, saking marahnya hampir saja dipukul. Kemudian, atas
petunjuk dari yang Kuasa dinginlah hati Ki Pratanu saat itu.
O iya benar Empu Bageno, kan seperti orang, “Kalau orang mau memakai
baju, kan harus dipotong kemudian dijahit dulu baru dipakai. Begitu juga juga
jika kamu belajar agama baru ini.
Kamu harus belajar, harus dijahit dulu sebelum dipakai. Sama dengan jika
kamu masuk agama Islam kamu harus tahu ilmu agama Islam.”
“Kamu benar, ayo menghadap ayahku.”
Dibawa. Singkat cerita sampai di Keraton Plakaran. Ki Pratanu bercerita
bahwa Empu Bageno sudah datang, dan sudah masuk agama Islam.
Marah juga sang Raja. “Kurang ajar kamu. Berani sekali kamu kepadaku.
Saya belum masuk ke agama ini kamu sudah mendahului masuk agama ini, siapa yang
nyuruh?”
Setelah diberi penjelasan oleh anaknya Ki Pratanu seperti sebelumnya.
Akhirnya Ki Pragolbo ini mengerti.
“Kalau masuk agama baru harus belajar. Kamu sendiri yang belajar harus
lebih dulu masuk Islam.” Ringkasnya, Ki Pragolbo selanjutnya memerintahkan Empu
Bageno dan Ki Pratanu, “Bageno, dan anakku Pratanu sekarang saya sudah setuju.
Saya sudah setuju kalau rakyat saya masuk agama baru ini. Ajari mereka, tape jangan
dipaksa. Jika tidak mau masuk agama baru ini tidak boleh dipaksa, jangan
dipaksa. Jika atas kemauan sendiri ajarilah.”
Singkat cerita lagi, setiap Empu Bageno dan Ki Pratanu mengajari (Agama
Islam) rakyatnya. Ki Pragolbo ikut melihat, kadang-kadang sambil
mengangguk-angguk. Akhirnya banyak orang Arosbaja masuk Aagama Islam. Pangeran,
Adi-adi, Ki Pratanu, memohon kepada ayahnya agar mau masuk Islam.
“Semua rakyat Plakaran sudah masuk ke agama baru tinggal Paduka yang
mulia yang belum masuk.”
Ayahnya bilang, “Saya sendiri, saya masih ikut agama yang lama. Biarkan
saya, yang penting semua rakyat yang mau ajarlah agama baru ini.”
Singkatnya, Ki Pragolbo sebagai manusia biasa makin tua dan sakit. Sakitnya parah sampai hampir menemui ajalnya. Semua sanak famili
mengelilingi beliau. Anaknya Ki Pratanu membujuknya, “Ayahku, silahkan ayah
menyebut nama Tuhan, ucapkan dua kalimat Sahadat.”
Masih belum berkenan, walaupun nafasnya sudah terengah-engah. Saat sudah
mendekati ajalnya Ki Pratanu menuntun ayahnya untuk mengucapkan dua kalimat
Sahadat. Ki Pragolbo tidak bisa bersuara, hanya mengangguk. Diajari dengan
anaknya, hanya mengangguk. Orang-rang di sekitarnya mengatakan bahwa Raja sudah
berkenan masuk agama Islam, walaupun hanya mengangguk. Jadi sejak saat itu Ki
Pragolbo ini disebut dengan sebutan “Rato Islam Onggu'”. Inilah saudara-saudara
semua agar tahu bagaimana ceritanya Rato Islam Onggu'.
Oleh : Pak Moh. Hasan Sasra
0 Comments:
Posting Komentar
Click untuk melihat code!
Untuk memberi emoticon, anda harus memasukkan code tersebut