Hamparan luas Bukit Kapur ini lebih kurang sekitar 11 Km panjangnya membujur sekaligus menjadi perbatasan Desa Parseh dan Desa Jaddih dan berada dikawasan daerah Kecamatan Socah, salah satu Goa yang nomor 1 ini dipergunakan sebagai Benteng Perlindungan dijaman Kolonial sampai dengan era Penjajahan Jepang, lubang masuk ke perut Noeng Jaddih sepanjang 145 meter dengan lebar antara 4-6 meter yang bersekat ruangan-ruangan didalamnya sampai kearah pintu keluar membujur dari arah Barat kearah Timur.
Banyak hal yang menantang untuk lebih mendetail lagi pada kegiatan Ekspedisi ini niat kami hanya berangkat dari rasa keprihatinan, dari beberapa kelompok Pencinta Sejarah Budaya Madura, baik itu Media Online Maduracorner, Bangkalan Memory, Tretan, Plat-M, Nyapsab serta komunitas komunitas lainnya.
Maksud tujuan dari Ekspedisi ini pada dasarnya merupakan bentuk kepedulian kami terhadap peninggalan sejarah di Kabupaten Bangkalan, dimana yang kami rasakan kurang perhatian dan kepedulian serta kurang kepedulian dari Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Bangkalan dalam melestarikan peninggalan sejarah di Kabupaten Bangkalan.
Catatan Sejarah ini telah membuktikan bahwasanya areal Perbukitan ini dimasa sebelum Kemerdekaan RI 1945 telah menjadi tempat Penimbunan Amunisi baik masa Kolonial Belanda yang dilanjutkan kemasa Penjajahan Jepang, dimana areal Batuporon saat itu masih belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Perbukitan Kapur Noeng Jaddih ini sebetulnya difungsikan oleh masyarakat sekitar sebagai tambang Batu Kapur, baik berupa bongkahan batunya maupun pengolahan Batu sebagai Kapur (Kalsium) untuk kepentingan masyarakat sekitarnya maupun untuk Daerah Kabupaten Bangkalan.
Sebelum tahun 1996 Pengelolaan Areal Noeng Jaddih ini masih bersifat Umum sehingga siapapun juga boleh menambang Batu Kapur di areal ini seperti halnya Carik Desa Jaddih Pak Ra’I (alm), akhirnya setelah tahun 1996 ditertibkan dan sampai sekarang dikelola oleh H. Mustofa yang juga dibantu oleh H. Abdurahman keduanya berasal dari Dusun Jekan Desa Parseh Kec. Socah, telah memakai alat Mekanik Konvensional maupun jenis transpotasi angkutannya sudah menggunakan Dum-Truck.
Konon menurut cerita yang disampaikan oleh beliau seandainya salah satu Goa nomor 9 yang difungsikan sebagai Gudang Amunisi meledak, sampai sekarang sisa bongkahan akibat ledakan itu masih ada, betapa hebatnya daya ledak Amunisi tersebut Goa dengan tinggi 15 meter dan ruang didalamnya berdiameter 40 X 50 meter akhirnya berantakan dihujam oleh ledakan Amunisi tersebut, maka semua jenis Amunisi yang ada di Noeng Jaddih akhirnya dipindahkan ke Gudang Arsenal Batuporon termasuk juga Meriam yang ada di “Goa Benteng Persembunyian Bato Koroghan” ini.
Gudang Amunisi yang telah meledak |
Setelah kami melihat dengan nyata ke lokasi yang dikelola oleh H.Mustofa dkk, sungguh patut berdecak kagum, lokasi tersebut dikelola sedemikian rupa sehingga areal sisa penambangan Batu Kapur ini ada yang menyerupai Kolam Renang dengan diameter 40 X 50 meter dan ditengahnya ada sumber mata air dengan debet per detiknya berkisar antara 1900 - 2500 M3, hal ini perlu diadakan pembicaraan khusus untuk mengelola daerah ini kearah alternatif sebagai kawasan daerah Pariwisata.
Video Kolam Renang Buatan Terbesar di Pulau Madura
Alhamdulillah... kami akhirnya pulang bersama dengan membawa kesan yang berbeda di hati sanubari masing-masing, mungkin saat ini mereka tengah asyik menceritakan pengalamannya tentang "Sisa sisa Perjoeangan Nenek Moyangnya" di areal Noeng Jaddih kepada handai taulannya... [Mas Indra]
"Kalau Bukan Kita Siapa Lagi.... Kalau Tidak Sekarang Kapan Lagi"
0 Comments:
Posting Komentar