Sabtu, 15 November 2014

Upacara Menanam Ari-Ari/Temoneh

Sebelum upacara menanam ari-ari/temoneh (bahasa madura) berlangsung, perlu dilakukan persiapan untuk menanamnya. Menanam ari-ari/temoneh ini, terlebih dahulu harus dilakukan oleh ayahnya sendiri yakni membuat galian (lubang) di muka rumah jika bayinya laki-laki dan di belakang rumah jika bayinya perempuan.

Lubang tersebut digali sebaiknya dilakukan dengan tangan kanan dan diusahakan agar lubang tersebut tidak terlalu dalam, kira-kira secangkol, sebab menurut kepercayaan masyarakat Madura, kalau lubang itu terlalu dalam, maka gigi si anak akan lama tumbuhnya.

Mertua perempuan meramu untuk keperluan penimbunan itu. Ari-ari/temoneh tersebut haruslah dicuci sampai bersih, dan waktu itu juga dapat dihitung berapa La’as, yaitu butiran yang terlihat pada ari-ari tersebut. Jumlah La’as itu akan menunjukkan jumlah anak yang akan lahir. Ari-ari/temoneh yang sudah bersih itu, kemudian dimasukkan ke dalam Ceteh (kendil) dan tutupnya, setelah lebih dahulu dibungkus dengan kain putih.


Diatasnya ditaruh rempah-rempah, atau bumbu dapur, antara lain Jarango, yaitu deringu, yang dapat menghalau setan, korbina konye’ empu kunyit. Dengan benda berupa bumbu dapur yang lengkap itu, diharapkan agar bayi itu kelak selalu berkecukupan hidupnya.

Di samping itu dimasukkan juga benang, jarum, serta kertas yang bertuliskan Arab atau Latin. Setelah persiapan untuk penimbunan ari-ari/temoneh ini selesai, maka dengan membawa Ceteh/kuali itu ke muka rumah.



Ketika Ceteh/kendil tersebut hendak ditanam, dibawa dari dalam rumah ke luar rumah dan di payungi, maksudnya agar terhindar dari roh jahat. Dengan khusuk, Ceteh/kendil itu diletakkan pada lobang yang tersedia dan kemudian ditimbuni dengan tanah, kemudian disiram dengan air bunga. Di atas timbunan tersebut, ditaruh pandan duri.

Di pintu halaman di lingtangkan batang pisang, atau digantungkan janur yang diacu bujur telur di muka rumah. Benda-benda tersebut memberitahukan bahwa ari-ari/temoneh yang ditimbun itu, berasal dari bayi laki-laki. Sedangkan apabila bayinya perempuan maka diberi tanda janur yang melingkar. Di atas timbunan ari-ari/temoneh tersebut diletakkan pula sebuah lampu kecil untuk menerangi ari-ari/temoneh tersebut. Hal ini dilakukan dengan maksud agar bayinya kelak mempunyai hati yang terang, pikiran cerdas, akalnya menjadi terang.

Menurut kepercayaan masyarakat, ari-ari merupakan saudara si bayi, oleh karena itu, harus dipelihara dirawat dengan sebaik-baiknya. Itulah sebabnya ari-ari/temoneh itu harus ditanam dengan diberi sajian. Selama sebelas hari, tempat timbunan ari-ari/temoneh tersebut, tetap diterangi dengan lampu... [DI]


Photo Koleksi : http://chelsea-muharram.blogspot.com


Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Copyright © BANGKALAN MEMORY | Powered by Bangkalan Memory Design by Bang Memo | Kilas Balik Bangkalan Tempo Dulu