Daerah kerajaan ini makin lama makin meluas dan rakyat sangat patuh terhadap rajanya, Kiai Pragalbo mempunyai tiga orang isteri, dari isteri yang ketiga, mempunyai anak yang bernama kiai Pratanu yang kelak menggantikan ayahnya, ia sangat dicintai oleh ayah dan ibunya sehingga ia boleh mendirikan rumah sendiri.
Pada suatu malam Pratanu bermimpi didatangi
orang yang menyuruh ia supaya memeluk agama Islam, sedangkan guru yang dapat
memberi pelajaran agama ialah Sunan Kudus. Ia sangat terpengaruh oleh mimpinya
itu, tujuh hari setelah itu ia bermimpi lagi yang pada prinsipnya sama dengan
mimpi yang semula.
Keesokan harinya ia terus mnejumapai yah dan
ibunya menceritakan tentang pa yang dialaminya, Pragolbo terus memanggil
patihnya yang bernama Empu Brageno dan disuruh pergi ke Kudus untuk mempelajari
agama baru itu. Tak lama Bageno berangkat ke Kudus untuk memenuhi perintah
Rajanya, untuk mengetahui Agama baru itu secara mendalam, maka setelah Bageno
menghadap Sunan Kudus ia mengatakan bahwa dirinya adalah utusan dari Arosbaya
untuk memeluk Agama islam. Dengan senang hati Sunan kudus menerima Bageno
sebagai santrinya, dengan memulai pelajaran ia suruh mencukur rambut jenggot,
dan kumisnya serta memotong kuku-kukunya yang panjang, setelah itu ia mulai
mendapat pelajaran yang pertama ialah dengan mengucapkan “Kalimat Syahadat“ sesudah itu mendapat pelajaran rukun Islam dan
terus rukun Iman.
Setelah selesai Bageno meminta ijin kepada
Sunan Kudus untuk meminta ijin pulang ke Arosbaya, dengan mendapat pesanan dari
gurunya supaya menyebarkan agama barunya itu didaerah asalnya, setelah kembali
ke Arosbaya Bageno terus menghadap Pratanu diceritakan segala sesuatu yang ia
alami dan yang dipelajari. Pratanu menjadi marah karena Bageno terlebih dulu
memeluk Islam akan tetapi setelah Bageno menceritakan sebab-sebabnya ialah
tidak akan mengetahui secara mendalam jika ia tidak memeluk agama baru itu maka
menjadi redalah kemarahan Pratanu.
Pratanu lalu mempelajari Agama baru itu ia
sangat tertarik dan ia lalu memeluk Agama Islam, meskipun ia mempelajarinya
sedikit demisedikit, setelah Raja Pragalo mencapai usia tinggi dan mulai
sakit-sakitan putera Raja itu menganjurkan agar ia memeluk Islam, pada suatu
hari penyakitnya makin keras dan puteranya menganjurkan lagi untuk memeluk
Agama Islam, tetapi hanya dijawab dengan anggukan kepala lalu ia terus
meninggal dunia karena itu Pangeran Pragolbo di Arosbaya disebut “Pangeran
Islam Onggu “.
Pragolbo meninggal dunia pada tahun 1531 dan
yang mengganti sebagai Raja Arosbaya ialah Pratanu dengan gelar Panembahan
Lemah Duwur, ia mendirikan keraton baru yang disebut keraton Arosbaya selain
itu ia juga mendirikan mesjid pertama di Arosbaya, dengan demikian Arosbaya
mempunyai wajah baru sehingga kemakmuran rakyat semakin terasa, Lemah Duwur
dengan perkawinan Puteri Payang memdapatkan putera dan puteri sebagai berikut :
1. Pangeran Sidhing Gili, yang memerintah di
Sampang
2. Raden Koro, gelar Pangeran Tengah di
Arosbaya
3. Pangeran Blega, memerintah di Blega
4. Ratu Mas Pasuruan
5. Ratu Ayu
Dengan selirnya Lemah Duwur juga mempunyai
putera dan puteri. Pada ahirnya dalam tahun 1592 Lemah Duwur meninggal dunia di
Arosbaya setelah bertamu ke Pamekasan ialah ke Ronggo Sukawati (baca di Ronggo
Sukawati).
Dikutip dari :
Buku
Selayang Pandang Sejarah Madura
Oleh :
DR.
Abdurrahman
0 Comments:
Posting Komentar