Senin, 21 Oktober 2013

Asal Usul Pemakaman Pedeng Socah

Pada saat sekitar tahun 1970, di Desa Langkap kecamatan Burneh kedatangan seorang laki-laki dari daerah seberang bernama Sulut. Dia adalah seorang pengembara yang beragama non muslim, setelah beberapa lama ia mengembara, akhirnya dia sampai di pulau Madura. Tetapi, setelah dia datang di Pulau Madura dia masih harus mencari letak Desa Langkap, dia pun mencari keberadaan Desa Langkap.

Setelah beberapa hari dia berkelana untuk mencari Desa Langkap, akhirnya dia pun menemukannya. Kemudian setelah sesampainya dia di Desa Langkap, dia memutuskan untuk beristirahat semalam untuk melepaskan lelahnya, setelah dia berkelana kesana dan kemari untuk mencari Desa Langkap yang terletak di pulau Madura. Keesokan harinya, setelah dia beristirahat, dia mencari rumah kepala desa Langkap, seperti tujuan awalnya untuk datang ke Pulau Madura yaitu ke desa Langkap kecamatan Burneh.




Setelah bertanya kepada beberapa warga yang ada di desa Langkap, Sulut pun menemukan rumah dari kepala desa. Kemudian, Sulut masuk ke dalam rumah kepala desa. Tetapi, Sulut tidak berhasil bertemu dengan kepala desa dan Sulut memutuskan untuk beristirahat di salah satu rumah warga yang ada di Desa Langkap. Sore harinya Sulut kembali menemui kepala desa dan akhirnya Sulut bertemu dengan kepala desa, kepala desapun menyambut Sulut dengan tangan terbuka. Setelah itu, Sulut pun memperkenalkan dirinya dan tempatnya berasal. Kemudian, kepala desa tersebut bertanya kepada Sulut apa maksud dan tujuannya untuk jauh-jauh datang ke Desa Langkap. Sulut pun mengutarakan maksud dan tujuannya untuk datang ke Desa Langkap yang ada di pulau Madura, tujuannya datang ke desa Langkap adalah untuk menitipkan tanah yang ada di desa Langkap supaya tanah tersebut dirawat dengan baik oleh kepala desa Langkap.

Setelah mereka berbicara dalam waktu yang cukup lama, akhirnya kepala desa pun menyetujui untuk merawat tanah yang ada di Desa Langkap tersebut. Seiring berjalannya waktu, tanah tersebut berubah menjadi pemakaman umum untuk orang-orang yang beragama non muslim. Tetapi tanah yang ada di desa Langkap kecamatan Burneh itu di pindah ke desa Socah tempatnya di Pedeng karena mereka menganggap bahwa tanah yang ada di desa Langkap itu adalah tanah pasir dan tidak sesuai untuk dijadikan tempat pemakaman umum bagi warga non muslim kerena di khawatirkan akan terjadi longsor maka dari itu di pindah ke desa Socah yaitu di Pedeng karena tanahnya adalah daerah bebatuan dan mereka menganggap daerah bebatuan itu lebih aman.

Pedeng ada sejak tahun 1975, pemakaman umum ini tidak bisa ditempati oleh sembarangan orang karena pemakaman tersebut hanya di tempati oleh warga yang ada di sekitar daerah Bangkalan. Tetapi ada juga warga keturunan non muslim yang berada di luar daerah Bangkalan yang di makamkan di Pedeng seperti daerah Surabaya dan Jakarta, dengan ketentuan mereka mempunyai KTP atau mempunyai keluarga yang bertempat tinggal di Bangkalan. 

Asal mula tanah tersebut berubah menjadi pemakaman umum untuk orang-orang beragama non muslim berawal dari adanya seorang gadis perempuan cantik keturunan China yang berasal dari Bangkalan yang bernama Maria, dia adalah seorang perempuan beragama non muslim yang taat dengan agama yang di imaninya, ketika Maria bersekolah di Sekolah Menengah Atas, dia banyak bergaul dengan teman-teman beragama islam dan dia juga mempunyai banyak sahabat yang beragama muslim. Sejak saat itu Maria mempunyai keinginan yang kuat untuk berpindah agama ke agama islam, Tetapi orang tua Maria menentang keinginan Maria.

Pada tahun 1984, Maria sakit keras dan pada saat itu Maria merasa bahwa umurnya sudah tidak lama lagi sehingga Maria memohon kepada keluarga besarnya supaya saat dia meninggal Maria di makamkan dengan tata cara islam bukan dengan tata cara China, sampai akhirnya Maria meninggal karena sakit. 

Tetapi permohonan Maria kepada keluarga besarnya untuk di makamkan secara tata cara islam tidak dikabulkan dan orang tua Maria juga tidak menginginkan anak kesayangannya untuk di makamkan secara tata cara islam. Sejak saat itu arwah maria bergentayangan karena keinginannya untuk dikuburkan secara tata cara islam tidak di kabulkan oleh kedua orang tua dan keluarga besarnya. Sehingga Maria sering menampakkan dirinya kepada masyarakat yang ada di sekitar daerah Pedeng, terkadang Maria sering menangis di sebelah jurang kecil yang ada di dalam pemakaman China tersebut. Tetapi, setelah suara tangisan tersebut di dekati, suara tangisan tersebut semakin menjauh dan akhirnya suara tangisan tersebut menghilang. 

Maria juga sering menampakkan dirinya pada warga yang melintasi jalanan di sekitar daerah Pedeng, ia menampakkan dirinya kurang lebih sekitar jam 10 atau jam 11 malam. Maria menampakkan dirinya dengan memakai baju yang bermacam-macam, terkadang ia memakai gaun putih panjang dengan rambut panjang yang terurai dengan indah, terkadang ia menampakkan dirinya dengan memakai baju seragam Sekolah Menengah Atas dan juga ia sering menampakkan dirinya dengan hanya memakai sarung. 

Banyak juga laki-laki yang melintas menggunakan kendaraan bermotor baik menggunakan mobil atau sepeda motor sering di tumpangi oleh Maria dengan menggunakan gaun berwarna putih dengan rambut yang terurai panjang, sopir mobil yang melintas di daerah Pedeng banyak yang mengira bahwa itu adalah penumpang, tetapi setelah sopir mobil tersebut bertanya kepada penumpang, ia tidak menjawabnya.  Dan setelah mobil atau sepeda motor yang di tumpangi oleh Maria sampai di daerah Bangkalan atau Kamal, Maria pun menghilang dari dalam mobil atau dari atas sepeda motor dan hanya ada bau wewangian yang di tinggalkan oleh Maria. 

Sepeninggal Maria, kehidupan keluarga Maria semakin terpuruk karena pada saat Maria masih hidup, keluarga Maria adalah keluarga keturunan China yang sangat kaya raya di daerah Bangkalan dan sekitarnya. Tetapi, setelah Maria meninggal karena sakit dan keinginan Maria untuk di makamkan secara tata cara islam di tolak oleh orang tua dan keluarga besarnya setelah itu keluarga Maria semakin terpuruk dalam faktor ekonomi dan semakin miskin. 

Sehingga setelah keterpurukan keluarga Maria dalam faktor ekonomi, makam Maria yang berada di sekitar kawasan pemakaman umum bagi warga non muslim di daerah Pedeng tidak terawat sama sekali, kemudian warga sekitar yang berada di daerah sekitar Pedeng merubah pemakaman Maria menjadi pemakaman islam bukan lagi pemakaman China. Sehingga hanya makam Marialah yang pemakaman islam, sedangkan yang lainnya adalah pemakaman nasrani dan pemakaman China. 

Dan setiap bulan April tanggal 5, keluarga yang salah satu keluarganya di makamkan di Pedeng berkunjung ke pemakaman tersebut dan membawa berbagai macam sesembahan untuk keluarga di makamkan di Pedeng dan warga yang bertempat tinggal di daerah di sekitar Pedeng, yang membantu dalam membersihkan pemakaman, mereka mendapatkan imbalan uang atau makanan yang di bawa oleh keluarga yang datang berkunjung dan berdo’a.


Kontributor : Nikmatus S


Share:

2 komentar:

  1. Sekarang q uda umur 22 sewaktu kecil aku sering dicritain sama mamaku kisah ini berulang ulang kali.. Dan aku penasaran smpek skrng apa ini kisah nyata.. Karena gak hanya critanya aja sewaktu kecil aku sering kerumah nenek di bangkalan karena rumahku disurabaya dulu kan transportasi masih pake jalur kapal dan jadi rutenyapun melewati socah yg ada kuburan chinanya itu.. Jadi sambil ibuku mengulangi ceritanya aku sambil menoleh dan membayangkan nasib maria waktu itu dan setelah maria meninggal ia slalu bergentayangan.. Jujur aku gak ngeri tapi q sangat sedih dan merinding membayangkannya.. Terkadang aku berpikir betapa malangnya nasib maria ini.. Sekian cerita sharing saya saat melewati kuburan maria.

    BalasHapus
  2. Selain itu kuburan disana lumayan gersang dan seperti ditebing tebing dan nyaris tak pernah ada orang yg mengunjungi ataupun menjejakkan kaki kuburan disana..

    BalasHapus

Copyright © BANGKALAN MEMORY | Powered by Bangkalan Memory Design by Bang Memo | Kilas Balik Bangkalan Tempo Dulu