Dari gerakan-gerakan tersebut menjadi jelaslah bahwa Belanda
akan menduduki Kota Bangkalan dengan masuk dari Lambung Timur. Dari Desa Junok
pertempuran beralih ke seberang Masjid Jamik di Kota Bangkalan yang terjadi pada
tanggal 16 Agustus 1947, dengan korban di pihak Belanda sebanyak 2 orang.
Pada tanggal 23 Agustus 1947, terjadi pertempuran hebat di
Gedongan di seberang penjara. Tidak sedikit jatuh korban di pihak Belanda,
sedang di pihak kitapun menderita korban. Karena sengitnya pertempuran di desa
tersebut, maka jalan Desa Gedongan itu sekarang di ganti dengan nama Jalan
Pertempuran.
Di lokasi inilah pertempuran sengit berlangsung antara pasukan Indonesia dengan Belanda |
Dari Kompi Kelaskaran Pesindo yang dipimpin oleh Pemuda
Syafiri, ditugaskan untuk menyerang Kota bangkalan di sebelah Barat Kota, termasuk
Seksi yang dipimpin oleh Pemuda Doufirul Chusni, sedang Sebelah Utara dari
Kompi Batalyon I sendiri.
Tetapi sangat disayangkan bahwa serangan umum tersebut
menghadapi kegagalan dan hanya pasukan dari jurusan Timur saja telah menyerang
Pasar Tonjung Kecamatan Burneh.
Setelah serangan umum gagal akibat keterlambatan Komando,
maka Pasukan dari Seksi Pemuda Doufirul Chusni kembali ke pangkalan di Kampung
Bandaran. Keesokan harinya sekitar pukul 14:00 pasukan Belanda mengadakan
serangan ke Kampung Bandaran dengan maksud untuk mengadakan pembersihan, karena
diduga bahwa Pasukan Pemuda Pesindo bersembunyi di daerah Gedongan.
Dengan operasi pembersihan tesebut disambut oleh Pemuda
Doufirul Chusni dan terjadi kontak senjata mulai Jalan Pertempuran / Jalan Pembela
sampai rumah penjara. Pertempuran itu berlangsung kurang lebih dua jam dengan
kerugian satu orang tewas dari pihak Belanda.
Hari kedua Belanda mengadakan serangan lagi ke daerah
Gedongan dengan kekuatan kurang lebih satu Kompi sekitar pukul 14:00, maka
terjadi pertempuran sengit di daerah sekitar jembatan rumah penjara, gudang
garam dan dirumah tingkat sebelah Selatan sungai. Pertempuran berakhir sampai
kurang lebih pukul 17:30 dengan kerugian Belanda satu Jeep hancur dan beberapa
korban yang tidak diketahui jumlahnya.
Pada hari ke tiga pasukan Belanda mengadakan serangan lagi,
tetapi tidak dilayani oleh pasukan kita, mengingat kita dalam kekurangan peluru
dan pada saat itu tentara Belanda meneriakkan kata-kata bahwa apabila pemuda
tidak mau menyerah, kampung Gedongan akan dibumi hanguskan.
Karena pertimbangan terakhir itulah, Seksi dari Doufirul
Chusni segera meninggalkan daerah Gedongan demi keselamatan masyarakat Gedongan
itu sendiri, dan seterusnya pada waktu dini hari sekitar pukul 04:00 sebelum
subuh mereka menuju Arosbaya... [DI]
Dikutip dari :
0 Comments:
Posting Komentar