Setelah kerajaannya
jatuh ke tangan Trunojoyo, dalam keadaan sakit Amangkurat I terpaksa mengungsi
dan diikuti putera Mahkota Adi Anom, penyakit sesuhunan makin keras dan sebelum
ia meninggal dunia Adipati Anom dilantik menjadi sesuhunan menggantikan ayahnya
Pangeran Adipati Anom menggantikan ayahnya dengan gelar Amangkurat II, setelah Speelman mendegar jatuhnya Keraton Mataram ia cepat-cepat kembali ke Jepara disini ia mengadakan perjanjian dengan Amangkurat II yang isinya antara lain :
Pangeran Adipati Anom menggantikan ayahnya dengan gelar Amangkurat II, setelah Speelman mendegar jatuhnya Keraton Mataram ia cepat-cepat kembali ke Jepara disini ia mengadakan perjanjian dengan Amangkurat II yang isinya antara lain :
- Kompeni menakui Amangkurat II sebagai Raja Mataram yang Syah.
- Kompeni mendapat kebebasan berdagang di seluruh Mataram dan mendapat sebuah tempat pembikinan kapal di Rembang.
- Kompeni tak membayar Bea untuk barang yang dimasukkan ke Mataram.
- Daerah Kompeni diperluas dengan Krawang dan sebagian dari Priangan garis batasnya ialah melalui kali Cimanuk sampai pantai selatan.
- Kota Semarang dan sekitarnya diserahkan kepada Kompeni.
- Selama sesuhunan belum melunasi ongkos pesisir Jawa dipegang oleh Kompeni.
Meetzuycker
sebenarnya tidak menyetuji perjanjian itu meskipun banyak yang menguntungkan
kepada Kompeni. Meetzucker lalu diganti oleh R. V. Goens yang lebih suka
berperang (tahun
1678).
Dalam tahun itu juga
tentara Kompeni diperkuat lalu dikirimkan kemedan perang dibawah pimpinan
Anthony Hurdt, Aru Placa dan tentaranya diminta menjaga Batavia dari serangan
Banten, karena Banten bersikap bermusuhan dengan Kompeni. Negara Kompeni
setelah mengalami kesulitan-kesulitan misalnya, kekurangan makanan.
Obat-obatan, dan macam-macam penyakit ahirnya sampai juga ke Kediri.
Pertarungan sengit
terjadi setiap jengkal tanah dipertahankan oleh tentara Trunojoyo. Tetapi
karena Tentara musuh lebih banyak jumlahnya dan persenjataannya yang juga
modern maka Trunojoyo terpaksa mundur dari Kediri dan melanjutkan perang
gerilyanya di Jawa Timur yang berhutan lebat. Trunojoyo tidak sempat membawa
pusaka yang didapat dari keraton Mataram sehingga jatuh ketangan kapten Tack.
Pada tanggal 27
Nopember 1678 Hurdt menyerahkan pusaka tersebut kepada Amangkurat II, akibat
dari kekurangan makanan tentara Trunojoyo semakin berkurang bantuan dikirim
dari Madura sebanyak 8 perahu berisi makanan tetapi tertangkap oleh Kompeni
sehingga semuanya jatuh ditangan musuh. Dari Madura dikirim 500 orang untuk
memperkuat tentara Trunojoyo yang bermarkas di daerah Malang–Batu tidak dapat
dipertahankan lagi Trunojoyo terus ke Ngentang, gunung Lumbangan adalah
pertahanan Trunojoyo yang terahir pimpinan tentara Kompeni ialah Kapten Jonker
selanjutnya diserahkan kepada Amangkurat II, Amangkurat II memang selalu
mengikuti pengejaran terhadap Trunojoyo dari dekat demikian pula dengan
Amangkurat II.
Karena itu beberapa
ahli sejarah berpendapat bahwa Trunojoyo tidak menyerah kepada Jonker, pasukan
Jonker memang tidak sampai ketempat pertahanan Trunojoyo di Gunung yang
jalannya memang sangat sulit dilalui, Trunojoyo menyerah kepada pamannya ialah
Pangeran Cakraningrat II yang memang menyarankan supaya diadakan perdamaian I.
Sewaktu Trunojoyo
menghadap Amangkurat II, sesuhunan memberi ampun kepada Cakraningrat I dan
memberi kedudukan yang sama seperti Cakraningrat II dengan gelar Adipati Malujo
(untuk memenuhi janjinya kepada Adipati Urawan). Akan tetapi Amangkurat II pernah
berkata supaya Trunojoyo dibunuh karena itu tidak lama kemudian Adipati Malujo
ditikam olehnya dengan keris sehingga menemui ajalnya... [DI]
Sumber : BukuSelayang Pandang Sejarah Madura
Oleh : DR.
Abdurrahman
0 Comments:
Posting Komentar