Jumat, 18 Oktober 2013

Rato Islam Onggu'

Tak banyak orang di Madura ini, apa lagi orang-orang yang ada di luar Madura mengetahui bahwa di Madura ini banyak makam kuno. Kebanyakan orang hanya tahu makam Asta Tenggi di Sumenep. Di Bangkalan hanya tahu makam Aer Mata, makam Sarifah Ambami istri Pangeran Cakraningrat I dengan keturunan yang lain. Sesungguhnya di Bangkalan, di Kecamatan Arosbaja ini, ada makam yang lebih kuno, lebih tua, yaitu makam Agung. Di makam Agung ini di semayamkan Ki Pragolbo dan Ki Pratanu.

Ki Pragolbo ini orang tua dari Ki Pratanu, yang juga disebut sebagai Rato Islam Onggu' atau Raja Islam Angguk. Ki Pratanu terkenal juga dengan sebutan Ki Lemah Duwur. Mengapa Ki Pragolbo ini terkenal dengan sebutan Rato Islam Onggu'atau Raja Islam Angguk? Ki Pratanu salah satu anak laki-laki Ki Pragolbo. Beliau suka menolong rakyatnya. Jika berbicara tidak pernah kasar, kepada siapa pun. Oleh sebab itu oleh Ki Pragolbo yang jadi Raja di kerajaan Plakaran, Arosbaja, Ki Pratanu didaulat menjadi Pangeran Adipati, yang akan menggantikan beliau sekiranya beliau wafat.

Setelah Ki Pratanu ini diangkat menjadi Pangeran Adipati oleh bapaknya,padasuatu malam bermimpi didatangi orang yang sangat tampan. Beliau berbaju dan berjubah putih. Dalam mimpinya itu, orang yang terlihat Ki Pratanu memberitahu Pratanu agar dia masuk agama Islam. Padahal waktu itu agama Islam belum dikenal oleh orang Plakaran. Yang ada hanya agama Buda. Menerima mimpi seperti itu, siangnya setelah bangun Ki Pratanu, diam, merenung, memikirkan mimpi yang aneh ini.

Ia tidak bilang kepada siapapun, Ki Pratanu. Malam berikutnya waktu Ki Pratanu tidur ia bermimpi lagi seperti ini. Tidak berbeda mimpinya, yaitu didatangi orang yang kemarin malam, surbannya putih, jubahnya putih disuruh hal yang sama. Ki Pratanu disuruh masuk Agama Islam, berguru ke Sunan Kudus di Jawa Tengah. Terjaga lagi, merenung, apa artinya ini. Tak bilang kepada siapapun, hanya dipikirkan sendiri. Singkatnya, mimpi yang sama seperti ini selama tujuh malam datang terus. Mimpi-mimpinya persis tidak ada bedanya sama sekali.

Karena sudah tujuh malam dipikir-pikir sendiri tidak bias, maka besoknya terus menghadap ayahnya, Ki Pragolbo yang menjadi Raja di Plakaran. Ki Pratanu menghadap ke ayahnya dan menyembah dan bertkata, “Ayah, ada sesuat yang akan saya tanyakan padamu.”
“Apa, anakku Ki Pratanu?”

“Saya semalam bermimpi hal yang aneh ayahku. Saya didatangi orang yang sangat tampan. Berjubah dan bersorban putih menyuruh ku agar masuk dalam agama Islam, masuk agama Islam, berguru kepada Sunan Kudus di Jawa Tengah.”
Ayahnya Ki Pragolbo terheran-heran. Terheran-heran dan berucap, “Apa tuh anakku, apa itu, dimana sudah ada agama...?”

Lama-kelamaan ayahnya berpikir untuk mencoba, apa yang dimaksud dengan agama Islam ini. Tapi ayahnya berkata kepada Pratanu, “Anakku, tak apa orang belajar pengetahuan baru? Tapi kamu jangan berangkat sendiri ke Kudus.”

“Kalau begitu siapa ayah yang berangkat ke Kudus belajar agama Islam ini?”
“Gampang ini, saya akan perintah Patih.”

Patih Plakaran bernama Empu Bageno. Sekali lagi nama Patih Plakaran intu Empu Bageno. Empu Bageno kemudian dipanggil Raja, dipanggil oleh raja. Empu Bageno mendapat peritah dari raja, terus menghadap, “Apa yang akan diperintah Paduka kepada hamba?”

“Begini Patih Empu Bageno, “Anak saya Ki Pratanu ini tujuh malam bermimpi.” Diceriterakan mimpinya seperti tadi itu.

“Saya keberatan kalau Pratanu ini yang berangkat sendiri ke Kudus. Jadi saya menugaskan kamu, Empu Bageno, agar berangkat ke Kudus, belajar agama Islam kepada Sunan Kudus.”

Sambil menyemba Empu Bageno mengucap, “Jika hal ini sudah kehendak Paduka Raja, baik siang ataupun malam saya berangkat.”

“Ya, berangkatlah!”

Pendeknya, Empu Bageno berpamitan dan berangkat. Sesampai di tepi pantai bingung. Ki Bageno, “Oh, bagaimana saya menyeberangi lautan ini?” Padahal jarak Madura ke Jawa jauh. Karena kedudukannya sebagai Patih, tentu memiliki kesaktian. Ia menutup matanya. Empu Bageno, naik.. (pelepah bunga kelapa/maggar), sekejap kemudian sudah sampai di Jawa, di pesisir Kudus.

Hanya sekejap saja, sudah sampai di pesisir Kudus. Orang-orang Kudus terheran-heran. Kok ada orang aneh seperti ini. Sorot matanya liar, rambutnya gondrong, kuku panjang. Berbeda dengan orang Kudus yang sudah masuk Islam, bersih.

Setelah bertanya-tanya, akhirnya sampailah Ki Bageno ponduk Sunan Kudus di Kudus. Ya memang Sunan Kudus ini orang sakti, ia sudah mengetahui apa-apa yang dipikirkan oleh sareng Empu Bageno.
“Saya sudah tahu kamu, Empu Bageno, apa yang kamu pikirkan mengapa datang ke sini. Jika kamu akan masul dan belajar agama yang ada di sini. Potong dulu rambutmu ya.... “Bukan aturannya orang Islam berrambut panjang seperti ini. “Potong kukumu itu, bebersihlah diri agar tidak ada lagi najis yang menempel di badanmu.”

Patuh atas perintah Empu Empu Bageno, rambut, dan kukunya dipotong. Kemudian oleh Sunan Kudus dimandikan. Empu Bageno dimandikan dengan air. Dibersihkan, digoso, baru diajari membaca dua kalimat sahadat.

Singkat cerita Empu Bageno ini sudah bertahun-tahun di Kudus. Sudah cukup ilmunya tentang agama Islam. Akhirnya ia teringat mengenai pulangnya ke Arosbaja.
Mohon pamit dan diijinkan oleh Sunan Kudus dengan pesan, “Jika kamu sampai di Arosbaja lagi. Harus menyebarkan agama baru ini kepada rakyat Arosbaja, kepada rakyat Madura Barat. Bilang 'ya' terus berangkat.”

Sesampai di pesisir Kudus, siap-siap lagi, kalau dulu naik pelepah bunga kelapa, tapi sekarang kok pelepah itu tenggelam. Kemudian dia mendengar suara..., suaranya, “Coba baca ini anakku Empu Bageno, insya Allah, jika kamu membaca ini sekejap saja akan tiba di Arosbaja.”

Singkatnya cerita, sampailah di Arosbaja, langsung menghadap kepada Ki Pratanu. Senang, melihat Empu Bageno terlihat tampan, rambutnya bersih, kukunya tidak panjang, matanya sudah tidak liar lagi seperti dulu.

“Kamu tampan sekarang Empu Bageno, dapat apa saja dari Kudus?”
“Saya bertahun-tahun di Kudus sudah masuk agama yang baru, belajar agama Islam. Sekarang saya ini adalah orang Islam.”

Terkejut Ki Pratanu, “Kok kurang ajar kamu Empu Bageno siapa yang menyuruh kamu untuk masuk agama baru ini? Kamu hanya disuruh belajar oleh ayah dan aku bukannya masok.”

Marahlah Ki Pratanu, saking marahnya hampir saja dipukul. Kemudian, atas petunjuk dari yang Kuasa dinginlah hati Ki Pratanu saat itu.
O iya benar Empu Bageno, kan seperti orang, “Kalau orang mau memakai baju, kan harus dipotong kemudian dijahit dulu baru dipakai. Begitu juga juga jika kamu belajar agama baru ini.

Kamu harus belajar, harus dijahit dulu sebelum dipakai. Sama dengan jika kamu masuk agama Islam kamu harus tahu ilmu agama Islam.”
“Kamu benar, ayo menghadap ayahku.”

Dibawa. Singkat cerita sampai di Keraton Plakaran. Ki Pratanu bercerita bahwa Empu Bageno sudah datang, dan sudah masuk agama Islam.

Marah juga sang Raja. “Kurang ajar kamu. Berani sekali kamu kepadaku. Saya belum masuk ke agama ini kamu sudah mendahului masuk agama ini, siapa yang nyuruh?”

Setelah diberi penjelasan oleh anaknya Ki Pratanu seperti sebelumnya. Akhirnya Ki Pragolbo ini mengerti.

“Kalau masuk agama baru harus belajar. Kamu sendiri yang belajar harus lebih dulu masuk Islam.” Ringkasnya, Ki Pragolbo selanjutnya memerintahkan Empu Bageno dan Ki Pratanu, “Bageno, dan anakku Pratanu sekarang saya sudah setuju. Saya sudah setuju kalau rakyat saya masuk agama baru ini. Ajari mereka, tape jangan dipaksa. Jika tidak mau masuk agama baru ini tidak boleh dipaksa, jangan dipaksa. Jika atas kemauan sendiri ajarilah.”

Singkat cerita lagi, setiap Empu Bageno dan Ki Pratanu mengajari (Agama Islam) rakyatnya. Ki Pragolbo ikut melihat, kadang-kadang sambil mengangguk-angguk. Akhirnya banyak orang Arosbaja masuk Aagama Islam. Pangeran, Adi-adi, Ki Pratanu, memohon kepada ayahnya agar mau masuk Islam.

“Semua rakyat Plakaran sudah masuk ke agama baru tinggal Paduka yang mulia yang belum masuk.”

Ayahnya bilang, “Saya sendiri, saya masih ikut agama yang lama. Biarkan saya, yang penting semua rakyat yang mau ajarlah agama baru ini.”

Singkatnya, Ki Pragolbo sebagai manusia biasa makin tua dan sakit. Sakitnya parah sampai hampir menemui ajalnya. Semua sanak famili mengelilingi beliau. Anaknya Ki Pratanu membujuknya, “Ayahku, silahkan ayah menyebut nama Tuhan, ucapkan dua kalimat Sahadat.”


Masih belum berkenan, walaupun nafasnya sudah terengah-engah. Saat sudah mendekati ajalnya Ki Pratanu menuntun ayahnya untuk mengucapkan dua kalimat Sahadat. Ki Pragolbo tidak bisa bersuara, hanya mengangguk. Diajari dengan anaknya, hanya mengangguk. Orang-rang di sekitarnya mengatakan bahwa Raja sudah berkenan masuk agama Islam, walaupun hanya mengangguk. Jadi sejak saat itu Ki Pragolbo ini disebut dengan sebutan “Rato Islam Onggu'”. Inilah saudara-saudara semua agar tahu bagaimana ceritanya Rato Islam Onggu'.


Oleh  :  Pak Moh. Hasan Sasra
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Copyright © BANGKALAN MEMORY | Powered by Bangkalan Memory Design by Bang Memo | Kilas Balik Bangkalan Tempo Dulu