Rabu, 26 Maret 2014

Pesona Gunung Geger

Gunung Geger terletak di depan Balai Desa Geger dan termasuk ke dalam wilayah Desa Geger dan Desa Kampak, Kecamatan Geger yang berjarak kurang lebih 25 km dari Kota Bangkalan. Lokasi gunung ini terletak di tepi jalan raya yang menghubungkan antara Kecamatan Geger, Kecamatan Kokop dan Kecamatan Tanah Merah. Dengan kondisi jalan beraspal dean lebar 2-4 m kendaraan kecil sampai jenis bus dapat langsung menuju ke objek wisata.

Ketinggian dari Gunung Geger ini kurang lebih 125 m DPL merupakan daerah tertinggi di Pulau Madura dan daerah yang paling sejuk dengan suhu rata-rata 28 derajat Celcius pada siang hari dan 24 derajat Celcius pada malam hari. Diperkirakan puncak Gunung Geger merupakan bekas daratan laut pada ribuan tahun yang lalu, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kulit kulit kerang, binatang laut, dan jenis batuan yang sama dengan jenis karang di laut. Hutan Gunung Geger merupakan hutan tropis dengan kondisi hutan 
85%. Jika kita berada di puncak Gunung Geger maka kita akan dapat melihat Bangkalan sampai ke laut. 



Selain Keindahan Wisata Alam/hutan, Objek wisata bukit geger juga memiliki Patung Kuno yang dikeramatkan, ada juga Hutan Akasia, Hutan Mahogany, dan hutan Jati seluas 42 hektar lebih, Lembah Palenggiyan dengan keindahan Danau dan Jejeran Sawah yang rapi dan luas, tempat peristirahatan di puncak bukit yaitu Situs Pelanggiran serta diwarnai oleh aneka ragam spesies binatang, bahkan sebagian tergolong spesies langka dan patut dilindungi. Diantaranya, di kawasan hutan terdapat ribuan kera berkulit abu-abu dengan ekor panjang.




Gerombolan Kera selalu berjubel di pintu masuk puncak bukit, setiap kali ada rombongan pelancong datang berkunjung. Mereka dengan ceoloteh yang hiruk pikuk, selalu saling berebut butiran jagung atau kacang yang kadang dilemparkan oleh pengunjung disepanjang kanan-kiri jalan menuju situs Goa Petapan, Goa Potre di sisi Selatan bukit , serta dan situs makam keramat di sisi Utara bukit. Tingkah polah monyet itu agak mirip dengan prilaku ribuan kera di kawasan wisata Sangeh Bali, atau komunitas kera di Hutan Nepa, Banyuates, Kabupaten Sampang.


Bukit ini juga memiliki 5 (lima) goa legendaris dan amat bersejarah, nama-namanya dalam bahasa madura kurang lebih jika di Indonesiakan seperti dalam kurung yaitu : Goa Petapan (gua tempat semedi), Goa Potre (gua putri), Goa Planangan (gua laki-laki), Goa Pancong Pote (gua pancung putih), dan Goa Olar (gua Ular).





Konon, Bukit Geger menjadi tempat manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi Madura. Ceritanya, pada abad ke 7-8 Masehi, Patih Pranggulan dari Kerajaan Medang di Kaki Gunung Semeru disebut-sebut sebagai orang pertama yang mendarat di Planggirân (tumpukan batu karang) di bukit Geger. Saat itu dia membawa Dewi Ratna Rorogung, anak Raja Medang yang sedang hamil.


Keduanya terdampar di Planggiran setelah mengarungi lautan dengan rakit. Di bukit Geger itu, Dewi Ratna Rorogung mendapat julukan Potre Koneng. Putri yang satu ini punya kebiasaan bersemedi di tepi tebing. Rutinitas itu dilakukan setiap hari menjelang matahari terbenam. Kini, batu mirip kursi itu disebut Palènggiyân (Madura, Red). Hingga akhirnya lahirlah Raden Segoro dari rahim Dewi Ratna Rorogung.


Untuk masyarakat luar Jatim, kebanyakan berasal dari Cirebon, Banten, dan Tasikmalaya. Bahkan ada yang datang dari Malaysia dan Brunei. Kebanyakan, masyarakat memilih Goa Petapan dan Goa Potre untuk tempat tirakat.

Menurut kisahnya, Goa Petapan menjadi tempat bertapa Adipodai dan Goa Potre tempat bertapa Potre Koneng. Pada Abad 13, Aryo Kuda Panoleh (Jokotole) yang bergelar Seco Diningrat III hendak berperang dengan Sampotoalang -Dampo Awang (Laksamana dari Cina). Sebelum bertempur, Jokotole menghadap Adipodai di Geger. Sampai akhirnya dia mendapat senjata pamungkas berupa pecut.


Saat bertempur, Jokotole menunggangi kuda terbang. Sedangkan Dampo awang naik perahu terbang. Dalam perang tanding satu lawan satu, Dampoawang beserta perahunya berhasil dihancurkan tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Piring Dampoawang jatuh di Ujung Piring-sekarang nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah.

Berawal dari legenda inilah Goa Petapan dan Goa Potre dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Di dua tempat yang dianggap keramat tersebut banyak yang mendapatkan benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan mistik.

Selain itu, goa lain di Bukit Geger juga memiliki keunikan. Seperti Goa Pancong Pote. Goa yang berada di bibir tebing ini di saat hujan ada air yang mengalir di lantai goa yang sangat bening. Malah warnanya seperti pelangi. “Masyarakat sekitarnya menyebutnya air tujuh warna.

Sedangkan di Goa Planangan, juga terdapat stalaktit yang menjuntai ke bawah (maaf) mirip kemaluan pria. Uniknya, air yang menetes dari stalaktit diyakini bisa menambah keperkasaan pria. Sedangkan Goa Olar disebut begitu karena di depan mulut goa ada sebongkah batu yang mirip kepala ular. Goa tersebut berada di puncak bukit.. [DI]


Photo Koleksi : Bangkalan Memory



Share:

1 komentar:

  1. Beberapa minggu yang lalu sempat ke Bukit Geger dan melihat berbagai potensi yang ada disana seperti pohon mahoni, kera, petilasan putri kuning, dll..

    perlu dikembangkan sebagai desa wisata suatu saat.. ;)

    BalasHapus

Copyright © BANGKALAN MEMORY | Powered by Bangkalan Memory Design by Bang Memo | Kilas Balik Bangkalan Tempo Dulu