Senin, 27 Oktober 2014

Asal Usul Desa Pocong Tragah Bangkalan

Pada waktu dulu Desa ini belum ada namanya karena jumlah penduduk pada waktu itu masih belum banyak dan desa ini masih berupa hutan dan banyak semak belukar. Suatu waktu ada salah satu dari anggota warga disini meninggal dunia, sesuai adat istiadat yang ada warga yang meninggal di kebumikan (di kubur) layaknya orang meninggal dunia biasa.

Setelah malam tiba banyak warga masyarakat yang ketakutan karena ada pocongan(orang mati yang dibungkus kain kafan) yang berjalan kesana kemari melewati hutan-hutan, semak belukar dan pemukiman penduduk, kejadian ini berjalan sampai dengan 40 hari lamanya. 




Dengan kejadian ini salah satu tokoh warga masyarakat disini ada yang mempunyai kepandaian dalam hal yang gaib, sehingga dia tahu dan memberitahukan warga yang lain bahwa yang menjadi pocongan tersebut adalah warga yang meninggal dunia itu. Setelah 40 hari berjalan pocongan sudah tidak muncul lagi sehingga warga masyarakat sudah tenang dan tenteram kembali karena yang ditakuti sudah  tidak muncul kembali. Keadaan ini berjalan cukup lama tetapi suatu ketika ada warga yang meninggal dunia lagi dan malamnya ada hal yang sama muncul kembali yaitu pocongan yang berjalan kesana kemari lagi. 


Karena setiap ada orang meninggal dunia pasti menjadi pocongan, warga masyarakat sepakat membabat hutan dan semak belukar yang ada sehingga menjadi desa yang disebut Desa Pocong yang diambil dari cerita tersebut diatas... [DI]


Sumber : Pembakuan Nama Rupa Bumi Kabupaten bangkalan Tahun 2012
Photo Koleksi : Bangkalan Memory


Share:

7 komentar:

  1. Siapa yg menjadi penanggung jawab cerita ini...tidak dipaparkan...

    BalasHapus
  2. Menurut Masduki, Carik Desa Pocong, para tetua desa tidak pernah menghubungkan sejarah desa dengan kehadiran hantu tersebut. Dari cerita lisan yang dikisahkan turun-temurun, konon, nama pocong diambil dari sebuah cerita munculnya sumber air pertama.

    Seperti yang dikisahkan Dwi Ratno Varianto, guru SDN Pocong, dulu ada sebuah pohon pucang yang dari bawahnya keluar air. Dari hari ke hari, air tersebut tidak juga berhenti mengalir dan meluas, sampai akhirnya menjadi sumber air. Sumber tersebut kemudian dikenal dengan sebutan sumber pucang. Daerah sekitar sumber, kemudian dikenal dengan nama Desa Pucang.

    “Awalnya disebut desa pucang. Lambat-laun, berubah menjadi pocong. Orang Madura, kan biasa begitu. Ambil mudahnya,” jelas warga asli Pocong ini sambal terkekeh.

    Masih menurut Dwi, Desa Pocong juga masuk sebagai desa tertua di Madura. Dari kisah legenda yang beredar, warga percaya bahwa nama Desa Pocong, sudah ada bahkan sebelum Sumenep, Sampang atau Bangkalan sendiri. Pasalnya, mereka percaya bahwa sejarah Desa Pocong, berkaitan erar dengan legenda Ke’ Lessap; legenda pemberontak yang paling mashur di Madura.

    Ini terbukti dari sudah di kenalnya Nyai Pocong sebagai salah satu selir Raja Pangeran Cakraningrat IV (versi lain megatakan Cakraningrat III). Penguasa kerajaan di wilayah yang kini dikenl dengan nama Bangkalan.

    BalasHapus
  3. Nyi pocong adalah ibu dari Ke’ Lessap, seorang pangeran yang terbuang. Meski lahir sebagai anak selir, Ke’ Lessap ternyata tidak mendapat pengakuan dari ayahnya. Bahkan, alih-alih mendapat penghormatan sebagai pangeran, ia dijadikan juru rawat kuda istana. Merasa terhina dan tak diakui, ia kemudian bertapa untuk mendapat kesaktian.

    Usahanya tak sia-sia. Ia kemudian mendapat pusaka berupa calok (golok) bernama Kodhi Crancang. Berbekal pusaka tersebut, Ke’ Lessap kemudian melakukan pemberontakan. Ia memulai dengan menguasai ujung timur Pulau Madura. Daerah yang kemudian dikenal dengan nama Sumenep atau dulunya Songennep. Berasal dari kata Moso (Musuh) dan Ngenep (Menginap) atau tempat musuh menginap. Sebab, ketika menguasai wilayah tersebut, Le’ Kessap sempat menginap di sana.

    Begitu pula dengan nama Pamekasan, yang berasal dari Mekasan atau pesan peringatan yang dikirim Ke’ Lessap sebelum menguasai wilayah yang ada di barat Sumenep tersebut. Sedangkan nama Sampang berasal dari kata nyimpang. Kata yang diambil dari tindakan Ke’ Lessap membelokkan arah pasukannya untuk menghindari sergapan Pasukan Adipati Adikoro IV. Utusan ayah Ke’ Lessap.

    Dan nama Bangkalan, berasal dari kata bengkah laan artinya, mati sudah. Diambil dari peristiwa ketika raja menyerukan kata bengkah laan berulang-ulang setelah matinya Ke’ Lessap. “Yang benar yang mana, kami juga gak tau. Tetapi yang pasti, Desa Paocong ini sudah lama sekali. jadi susah juga ditelusuri,”

    BalasHapus
  4. maap, sumber yang kami dapatkan dari pemerintah daerah yang tentunya sudah koordinasi dengan berbagai pihak termasuk dengan tokoh masyarakat, pihak kecamatan dan juga dengan tokoh budaya yang ada di kabupaten bangkalan...
    sekali lagi mohon maap kalau tidak berkenan...

    BalasHapus
  5. Masuk berita one the spot Oiiyyy
    4 Augustus 2018......

    Salam derih oreng bligeh.....

    BalasHapus
  6. Jadi yg benar yg mana kisahnya?
    Bingung..

    BalasHapus
  7. Ngko' taoh dr on the spot gik buruh

    BalasHapus

Copyright © BANGKALAN MEMORY | Powered by Bangkalan Memory Design by Bang Memo | Kilas Balik Bangkalan Tempo Dulu