Gunung Kampek merupakan Sebuah Bukit namun kata Orang Madura menyebutnya sebuah Gunung) dimana termasuk di dalam Koordinat 7° 1' 57.6'' Bujur Timur dan 112° 49' 23.1'' Lintang Selatan. Kalau melihat dari bentuknya, Gunung yang mirip Capit Kepiting orang Madura menyebutnya “Kampek” berada diwilayah Desa Alas Kembang Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan Jawa Timur, sehingga gunung ini dikenal dengan istilah “Gunong Kampek” dalam Bahasa Madura “NONG KAMPEK” yang menyimpan banyak mistery didalamnya.
Setelah melakukan penelusuran ke Tempat Petilasan/Bertapanya Ke' Lesap pada ekspedisi di Gunung Kampek tanggal 1 Januari 2013 yang lalu, maka kami melanjutkan penelusuran ke tempat berikutnya yakni Benteng Pertahanan Pasukan Jepang di Puncak Gunung Kampek.
Gunung Kampek Burneh Bangkalan |
Inilah rangkaian perjalanan expedisi kami dalam rangka menelusuri Benteng Pertahanan Jepang di Puncak Gunung Kampek Burneh Bangkalan :
Kami berangkat ke lokasi dengan mengendarai motor agar memudahkan dalam melakukan expedisi |
Sesampainya di tempat yang di tuju, kami mendapatkan tangga yang menuju ke puncak gunung Kampek |
Untuk menuju ke puncak, kami harus menerobos lebatnya semak belukar |
Setelah menembus semak belukar, nampak beberapa tatakan batu yang menyerupai tangga |
Akhirnya kami sampe di sebuah petilasan Ke' Lesap, namun kami harus memanjat tebing untuk sampai ke puncak |
Untuk memanjat ke puncak, kami harus mencari tebing yang mudah dan bisa untuk dipanjat |
Kami menemukan sebuah cor-coran dan terdapat besi yang berfungsi sebagai pegangan, namun besi tersebut sudah dipotong oleh tangan-tangan jahil |
Dengan susah payah kami mendaki, akhirnya sampai juga di puncak Gunung Kampek |
Kami menemukan tatakan batu bekas meriam jenis si Jagur |
Kami illustrasikan tatakan batu tersebut dan mencocokkan dengan Meriam si Jagur sungguh fantastik sekali, dimana jarak bisa menjangkau lokasi yang sangat strategis |
Tidak jauh dari lokasi tatakan batu, terdapat sebuah tangga yang menuju ke sebuah Goa, sayang goa tersebut telah ditutup. (warna merah = lokasi goa yang telah ditutup) |
Tepat di puncak Gunung Kampek tersebut terdapat patahan gunung yang seolah-olah ada 2 gunung, sehingga kami harus hati-hati jangan sampai jatuh dan terjepit di patahan gunung tersebut |
Ketika Saudara Kakak Tua di Asia yaitu Bangsa Jepang mulai menguasai Asia Besar dan Asia Timur Raya, hingga Nusantara seluruhnya termasuk di Madura, begitu cerdiknya mereka menemukan lokasi di Nong Kampek ini untuk dijadikan Benteng Pertahanan.
Apalagi untuk memantau kegiatan para pejoeang-pejoeang diseputar Regent Bangkalan dan Sampang sangatlah tepat dimana tempat ini dipergunakan sebagai Benteng Pertahanan oleh Jepang dengan mengarahkan Meriam jenis si Jagur ke 4 penjuru mata angin Utara, Selatan, Barat dan Timur.
Meriam 152mm ini dirancang Uni Soviet sejak 1938 dan mulai digunakan paska perang Dunia Kesatu (1942), dimana spesifikasi dari meriam tersebut antara lain :
~ Kaliber : 152mm
~ Jarak tembak max : 30,1Km
~ Bobot total amunisi : 55Kg
~ Sudut elevasi laras : -10 sampai 48 derajat
~ Jarak tembak max : 30,1Km
~ Bobot total amunisi : 55Kg
~ Sudut elevasi laras : -10 sampai 48 derajat
Dapat kita bayangkan bahwasannya meriam sebesar itu dibawa ke atas puncak Gunung Kampek, sehingga untuk mencapai ke tujuan harus mendaki tebing terjal Gunung kampek. Setelah sampai di puncak, kami dapatkan tatakan batu bekas meriam dan goa jepang yang sudah ditutup dengan batu yang hingga kini kami belum tau maksudnya untuk apa, sehingga masih mistery untuk diungkapkan karena untuk membongkar batu-batuan tersebut dibutuhkan ekstra tenaga, maklum lokasi Goa tersebut berada di Puncak Gunung Kampek.
Sebagai Saudara Tua di Asia dan akan membantu membebaskan saudara-saudaranya yang tertindas oleh bangsa lain seperti Belanda, Inggris, Perancis dan yang lainnya. Dengan alasan seperti itulah Bangsa Jepang secara halus menjajah bangsa-bangsa lainnya di daratan Asia Besar bahkan sampai ke Asia Tenggara (termasuk Indonesia), sekalipun dalam tempo 3 tahun (1942-1945) banyak pula kenangan-kenangan manis dan pahit selama itu, dimana oleh para pemuda pemuda lokal dijadikan Pengalaman dan sebagai Guru dalam mencermati segala sesuatunya, terbukti dari sisa-sisa peninggalan yang masih belum sempat didata ulang oleh Lembaga atau Instansi terkait yang menangani Peninggalan “Cagar Budaya”. Kami sebagai Generasi Penerus merasa bertanggung jawab atas keberadaan Peninggalan Bersejarah ini, kalau tidak sekarang, kapan lagi… apakah kita hanya bertopang dagu saja… atau cukup dengan duduk manis diatas kursi meja saja…
Oleh : Trio sekawan
Photo Koleksi : Bangkalan Memory
Video Oleh : Bangkalan Memory
Terima kasih saya sampaikan...
BalasHapusApa yang kami lakukan ini sebagai bentuk kepedulian kami dan rasa cinta kami terhadap peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Bangkalan..
Siapa lagi kalau bukan kita, kapan lagi kalau tidak dimulai dari sekarang...
Maka dari itu disela-sela padatnya rutinitas pekerjaan, kami sempatkan untuk melakukan ekspedisi yang tujuannya untuk menginvebtarisir peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Bangkalan...
Terimakasih Gan...!!! Ini Sangat membantu bagi mereka yg buta sejarah lingkunan sekitarnya sendiri.biar selalu merawat peninggalan sejarah.saling bahu membahu menjaga kelestarian lingkungan dari tangan tangan orang yang tdak bertanggung jawab.kalau bukan kita,siapa lagi yg kan melestarikannya
BalasHapusTerima kasih atas apresiasinya...
HapusKamipun juga bangga karena masih ada yang masih peduli pada peninggalan sejarah yang ada di Bangkalan.. tentunya juga diharapkan peran serta Pemerintah Daerah dalam menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah ini..
Mohon maaf ternyata ada Manuskript yang menyebutkan bahwa Makam di Gunung Labâng Kampèk adalah Bindârâh Muhibbat... Saporana sè Agung... ✍️🙏
BalasHapus