Siapa yang tak akan terenyuh hatinya tatkala mendengar selentingan berita jalan tengah yang membelah alun alun kota Bangkalan akan dirombak diganti pertamanan, kalau ini benar-benar terjadi Tatanan Historikal Kota Bangkalan sudah berubah maknanya, baik secara filosofis maupun psykis, semenjak jejak Kraton Bangkalan yang menjadi Pusat Pemerintahan Kraton pada Peta yang dikeluarkan/diterbitkan pada tahun 1882 merupakan PETA KUNO BANGKALAN
Pembangunan Masjid Agung Kota Bangkalan merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan sejarah awal perpindahan pusat pemerintahan kerajaan di Madura, karena sejak ditangkapnya dan dibuangnya Pangeran Tjakraadiningrat ke IV (memerintah tahun 1718 sampai dengan 1745) yang disebut Sidingkap (asal kata Sido-Ing-Kaap) oleh Belanda (Kaap de Goede Hoop/Afrika), yang semula di desa Sembilangan dipindahkan ke Desa Kraton Bangkalan (tahun 1717) dengan diawali dengan 3 bangunan utama yang terdiri dari:
01. Bangunan Kraton (sebelah Timur)
03. Bangunan tempat ibadah/masjid (sebelah Barat) meskipun waktu itu hanya digunakan untuk keluarga keraton saja.
Adapun ketiga bangunan diatas kami rinci sebagai berikut :
1. Bangunan Kraton
Bangunan kraton merupakan bangunan dimana raja Bangkalan mendiami bangunan tersebut. Lokasi bangunan kraton tersebut disebelah Timur Alun-Alun yang tepatnya di Kodim 0829 Bangkalan sekarang ini.
2. Bangunan Paseban
Bangunan Paseban merupakan bangunan tempat masyarakat Bangkalan menikmati hiburan yang disajikan oleh para seniman di Bangkalan. Bangunan tersebut juga berfungsi sebagai tempat menunggunya para tamu kerajaan yang akan menghadap Raja Bangkalan, sekaligus merupakan tempat dimana Raja Bangkalan ingin mengetahui aktifitas Rakyatnya.
3. Bangunan Masjid
Bangunan Masjid dulunya masih digunakan untuk keluarga keraton saja, kecil. Karena itu jika keluarga keraton akan sembahyang, mereka tidak melakukannya di keraton tapi mereka harus berjalan sekitar 100 meter dari keraton ke tempat yang sekarang disebut Masjid Agung. Ya tentu saja tidak sebesar, secantik dan seenak seperti yang sekarang. Namun masjid tersebut merupakan tempat bertemunya antara keluarga kerajaan dengan masyarakat Bangkalan sehingga terjadi interaksi antara keduanya.
Sedangkan jalan tengah itu mempunyai makna bahwa antara kraton (penguasa) dengan masjid dan paseban merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dimana jalan tengah tersebut mempunyai symbol kerukunan antar umat beragama dan keharmonisan antara raja (penguasa/pemerintah) dengan rakyatnya. Jadi kalau jalan tengah tersebut nantinya benar-benar dihapus, dikuatirkan akan berdampak atau berpengaruh terhadap kelangsungan roda pemerintahan karena antara pemerintah/penguasa dengan rakyat akan terjadi class atau benturan-benturan.
Apa kata para pakar Sejarawan nantinya Kota Bangkalan sudah tidak lagi menghiraukan peninggalan Situs-situs Sejarah yang ada di Kota Bangkalan menyedihkan.... (IDR)
“Bangunan-bangunan tua ini bukan hanya milik kita; mereka milik para leluhur kita dan akan diwariskan pada anak cucu kita, kecuali hak itu kita rampas dari mereka. Tak sepatutnya kita berbuat sesuka hati atas bangunan-bangunan ini. Kita hanyalah sekadar pemegang amanat bagi generasi yang akan datang" (William Morris - 1834-1896)
Photo Koleksi : Bangkalan Memory
0 Comments:
Posting Komentar