Banyak peristiwa dan kejadian atau sesuatu yang dianggap misteri dalam
kehidupan, hal ini mengisyaratkan betapa keterbatasan kemampuan untuk
memahami keseluruhan apa yang terbentang di alam jagad raya ini.
Mereka
pada umumnya beranggapan dengan memasang ijuk seperti itu, segala jenis
yang disebut-sebut sebagai hantu laut tidak akan mengganggu perjalanan
perahu di lautan bebas.
Dengan memasang bulu-bulu ijuk/eddhuk di ujung tiang perahu juga
diyakini akan menangkal sambaran petir apabila terjadi badai di laut
lepas. Dari cerita pengakuan banyak nelayan di sejumlah pesisir Utara
dan selatan Madura, sampai sekarang mereka masih meneruskan kebiasaan
leluhurnya menancapkan bulu-bulu ijuk pada tiang tertinggi di armada
perahu atau kapal yang mereka gunakan untuk mengarungi lautan.
Ijuk/eddhuk yang bersumber dari Pohon Enau (Aren), katanya, bagaimanapun
tingginya tidak pernah ada yang tersambar petir seperti yang sering
menimpa Pohon Kelapa atau pohon-pohon lainnya yang tumbuh menjulang di
hutan-hutan.
Dengan alasan yang sama untuk menangkal bahaya
sambaran petir, sejumlah petani di pedalaman Madura sampai sekarang jika
melintas atau bekerja di suatu tanah hamparan luas dalam musim
penghujan, masih banyak yang menyelipkan lidi iduk di antara jepitan
celana atau saku baju dalam posisi tegak seperti antena.
Masih berkait dengan Pohon Enau yang sarinya dijadikan bahan baku
pembuatan Gula Aren/Gula Gentong (Gula Merah), lidinya sampai sekarang
masih banyak digunakan untuk mencambuk orang-orang yang disebut-sebut
'kemasukan barang halus'.
Orang-orang yang 'kemasukan' tersebut
gejalanya dalam keadaan tiba-tiba saja tak sadarkan diri, menagis, atau
berteriak-teriak histeris. Seringkali juga berbicara aneh-aneh atau berbicara dalam bahasa asing yang fasih.
Pada hal yang bersangkutan dalam keadaan sadarnya, tidak mengetahui
bahasa asing tersebut, dengan mencambukkan lidi ijuk/lentena aren (lidi
dari pelepah Pohon Aren) ke tubuh orang 'kemasukan', seringkali lantas
siuman atau sadar diri.
Dari pengalaman sejumlah rimbawan, juga
ada diceritakan jika mereka menjelajah hutan selalu membawa perlengkapan
berupa tali hitam yang dipintal dari bulu-bulu ijuk/eddhuk.
Dari banyak pengalaman, mereka telah membuktikan berbagai jenis ular hutan tak mau melintas ke lokasi yang dibatasi bentangan tali ijuk. Sejumlah guru ngaji di pedalaman Madura masih menganjurkan kepada murid-muridnya untuk menggunakan potongan lidi ijuk (enau) yang disebut 'Lentena Aren' sebagai alat bantu penunjuk huruf-huruf ketika membaca kitab suci Al-Qur'an.
Kajian ilmiah, tentu saja, masih perlu
dilakukan untuk mengungkap misteri ijuk yang sejak dulu dianggap
memiliki multimanfaat. Jika saja ada kebenaran, seperti yang diyakini
dan dibuktikan dalam pengalaman lapangan selama ini ijuk ataupun lidik
ijuk mampu menangkal petir, Wouuwww...
By Doink
Catatan Kecil dalam perjalanan menelusuri Bhujuk Keramat di Lantek Barat Galis
0 Comments:
Posting Komentar