Panembahan Tjakraadingrat V (Sidho Mukti) mempunyai seorang putra sulung bernama Raden Abdul Djamali yang diangkat menjadi Bupati Sidayu bergelar Raden Tumenggung Ario Surodiningrat.
Putranya meninggal terlebih dahulu dari ayahnya dengan meninggalkan seorang istri yang hamil 7 bulan yang kemudian melahirkan seorang putra laki-laki yang bergelar Raden Tumenggung Manguadiningrat. Ibu dari Beliau bernama Raden Aju Galuh Putri dari kesepuhan Surabaja, kemudian menjadi istri dari Raden Ario Mlojokusumo I di Kebunan (Bangkalan) yaitu saudara dari almarhum ayah dari Beliau.
Setelah Panembahan Tjokroadiningrat V meninggal, maka Raden Tumenggung Mangkuadiningrat sebagai cucu laki-laki tertua dari putra laki-laki tertua yang menggantikannya di Bangkalan dengan gelar Panembahan Adipati Setjoadiningrat.
Setelah Panembahan Tjokroadiningrat V meninggal, maka Raden Tumenggung Mangkuadiningrat sebagai cucu laki-laki tertua dari putra laki-laki tertua yang menggantikannya di Bangkalan dengan gelar Panembahan Adipati Setjoadiningrat.
Setelah di Semarang diadakan kumpulan dari semua Bupati di daerah pesisir, maka Beliau berubah nama Panembahan Tjokroadiningrat VI. Didalam memegang tumpuk pimpinan di tanah Madura, tidak pernah terjadi pemberontakan atau peperangan sehingga tentara Bangkalan tinggal menganggur.
Pada tahun 1780 Beliau wafat dengan tidak meninggalkan seorang putra. Jenazah Beliau dimakamkan di Aermata. Oleh masyarakat Bangkalan, Beliau di sebut Panembahan Tengah.
Dikutib dari :
Buku Sejarah Tjaranya Pemerintahan Daerah di Kepulauan Madura Dengan Hubungannya
Oleh:
R. Zainal Fattah (R. Tumenggung Ario Notoadikusumo (Bupati Pamekasan)
0 Comments:
Posting Komentar